Bulan November ini, antara lain, kita memperingati Hari Pahlawan.
Sebuah peringatan rutin, tetapi sebetulnya merupakan momentum kita
merenungi betapa hebatnya mereka. Apa pun motivasinya, yang mereka
lakukan adalah untuk kejayaan negara dan bangsa kita.
Namun, menyebut pahlawan, kita sering lupa bahwa apabila berkaitan
dengan perjuangan bangsa, setiap daerah di Indonesia mempunyai pahlawan,
kendati mungkin hanya dikenal secara lokal. Dan, sebagian dari mereka
masih dicintai oleh pengikutnya. Bahkan, ajaran-ajarannya masih
diteruskan.
Sebut saja Sisingamangaraja XII, pahlawan nasional dari Tapanuli—yang
dikenal dengan “Raja Batak”—sampai saat ini masih dikenang oleh
keturunannya sebagai tokoh yang selalu mengajarkan keyakinannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, sampai sekarang, nilai-nilai ajarannya
menjadi kepercayaan masyarakat Batak.
Adalah kebetulan Sisingamangaraja kita kenal sebagai pahlawan yang
dibanggakan oleh keturunannya. Bagaimana dengan Ki Samin Surosentiko
(1859-1914) di Jawa Tengah? Juga Kiai Madrais di Jawa Barat? Mereka ikut
berjuang melawan kolonialisme Belanda, meskipun tak disebut sebagai
pahlawan nasional.
Sampai sekarang ajaran-ajaran mereka dilanjutkan para pengikut. Kita
perlu mengapresiasi kepahlawanan mereka yang sangat berkaitan dengan
masyarakat tradisi di Indonesia. Itu sebabnya, dalam edisi ini kami
mengangkat beberapa pahlawan lokal dari beberapa daerah (GONG).
Selain itu, banyak lagi liputan budaya tradisi menarik yang
mudah-mudahan menggugah Anda untuk lebih mencintai Tanah Air kita.
Antara lain, tentang upacara Ngumbai Lawok (Cuci Laut) di
Lampung yang dilaksanakan pada Oktober lalu. Mereka mengadakan upacara
dan pesta di laut, tujuannya tak lain mengucapkan syukur kepada Yang
Kuasa atas rezeki yang diberikan oleh-Nya melalui laut (Upacara Adat).
Juga tentang Hutan Donoloyo, cagar alam yang melegenda dengan
kayu-kayu jati raksasanya. Menurut legenda, kawasan di Wonogiri yang
juga ternasuk situs itu, penjaganya, yaitu Ki Donoloyo, mengingatkan
bila ada yang menebang pohon-pohon jati di sana akan terjadi bencana (Legenda). Percaya atau tidak, kita sudah membuktikan bahwa dengan adanya banyak penebangan pohon, maka terjadi banyak bencana.
Di edisi ini, kami juga mengajak untuk melihat nasib kesenian Ketoprak yang nyaris terlupakan (Teater) dan pusaka rencong (Kriya) yang kini lebih populer sebagai cendera mata. Bila ada usul, silakan sampaikan
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat