Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, December 10, 2011

WARISAN INDONESIA

Bulan November ini, antara lain, kita memperingati Hari Pahlawan. Sebuah peringatan rutin, tetapi sebetulnya merupakan momentum kita merenungi betapa hebatnya mereka. Apa pun motivasinya, yang mereka lakukan adalah untuk kejayaan negara dan bangsa kita.
Namun, menyebut pahlawan, kita sering lupa bahwa apabila berkaitan dengan perjuangan bangsa, setiap daerah di Indonesia mempunyai pahlawan, kendati mungkin hanya dikenal secara lokal. Dan, sebagian dari mereka masih dicintai oleh pengikutnya. Bahkan, ajaran-ajarannya masih diteruskan.
Sebut saja Sisingamangaraja XII, pahlawan nasional dari Tapanuli—yang dikenal dengan “Raja Batak”—sampai saat ini masih dikenang oleh keturunannya sebagai tokoh yang selalu mengajarkan keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, sampai sekarang, nilai-nilai ajarannya menjadi kepercayaan masyarakat Batak.
Adalah kebetulan Sisingamangaraja kita kenal sebagai pahlawan yang dibanggakan oleh keturunannya. Bagaimana dengan Ki Samin Surosentiko (1859-1914) di Jawa Tengah? Juga Kiai Madrais di Jawa Barat? Mereka ikut berjuang melawan kolonialisme Belanda, meskipun tak disebut sebagai pahlawan nasional.
Sampai sekarang ajaran-ajaran mereka dilanjutkan para pengikut. Kita perlu mengapresiasi kepahlawanan mereka yang sangat berkaitan dengan masyarakat tradisi di Indonesia. Itu sebabnya, dalam edisi ini kami mengangkat beberapa pahlawan lokal dari beberapa daerah (GONG).
Selain itu, banyak lagi liputan budaya tradisi menarik yang mudah-mudahan menggugah Anda untuk lebih mencintai Tanah Air kita. Antara lain, tentang upacara Ngumbai Lawok (Cuci Laut) di Lampung yang dilaksanakan pada Oktober lalu. Mereka mengadakan upacara dan pesta di laut, tujuannya tak lain mengucapkan syukur kepada Yang Kuasa atas rezeki yang diberikan oleh-Nya melalui laut (Upacara Adat).
Juga tentang Hutan Donoloyo, cagar alam yang melegenda dengan kayu-kayu jati raksasanya. Menurut legenda, kawasan di Wonogiri yang juga ternasuk situs itu, penjaganya, yaitu Ki Donoloyo, mengingatkan bila ada yang menebang pohon-pohon jati di sana akan terjadi bencana (Legenda). Percaya atau tidak, kita sudah membuktikan bahwa dengan adanya banyak penebangan pohon, maka terjadi banyak bencana.
Di edisi ini, kami juga mengajak untuk melihat nasib kesenian Ketoprak yang nyaris terlupakan (Teater) dan pusaka rencong (Kriya) yang kini lebih populer sebagai cendera mata. Bila ada usul, silakan sampaikan

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat