Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, December 10, 2011

Seren Taun – Wujud Syukur kepada Tuhan


Yadi Yasin
Mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengharapkan perlindungan di musim tanam, masih banyak dilakukan oleh para petani di banyak daerah di Indonesia. Di antaranya di Tanah Pasundan, dikenal upacara adat seren taun, upacara adat tahunan panen padi.
Pada akhir Januari lalu, misalnya, upacara seren taun diselenggarakan oleh penduduk Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Juga oleh masyarakat Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Penduduk Desa Malasari memulai upacara tersebut dengan mengarak hasil panen dengan tandu – disebut anteuran (antaran)–dipimpin Jaro (Kepala Adat), berkeliling kampung sampai ke halaman Balai Desa. Rombongan tersebut kemudian disambut oleh Lengser–dalam adat Sunda dikenal sebagai salah satu tokoh arif yang jenaka dan biasa menjadi jembatan kalangan raja dan rakyat jelata–dengan tarian jenaka disertai sorak-sorai warga. Lengser dan Jaro kemudian berbaur menari bersama warga dalam suasana gembira, ditutup dengan ramai-ramai berebut anteuran.
Sementara itu, masyarakat adat Cigugur, Kuningan, menggelar upacara di kaki Gunung Ceremai. Diawali dengan prosesi ngajayak yang berarti menyambut atau menjemput padi, diteruskan dengan tiga pergelaran kolosal yaitu tari Buyung, tari Angklung Baduy, dan Angklung Buncis yang dimainkan oleh berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang hidup di Cigugur. Rangkaian acara bermakna syukur kepada Tuhan ini dikukuhkan dengan pembacaan doa yang disampaikan secara bergantian oleh tokoh-tokoh agama yang ada.
Hajatan yang biasa berpusat di kediaman Pangeran Djatikusumah, sesepuh masyarakat Desa Cigugur, di Pendopo Paseban Tri Panca Tunggal–sebuah kompleks perumahan khas golongan ningrat Sunda yang didirikan pada 1840–itu, diawali dengan tari Buyung yang dibawakan oleh puluhan wanita cantik. Tarian tersebut menggambarkan pengorbanan wanita dalam mencari air untuk sawahnya.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat