Separuh temuan fosil manusia purba dunia berasal dari
Sangiran. Pekerjaan panjang menanti ilmuwan. Banyak hal misteri bakal
jelas asal semua pihak mengerti arti penting masa lalu.
INGIN menengok peradaban manusia purba? Datanglah ke Sangiran. Di
kawasan berbukit, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, itu kita dapat
menemukan bukti-bukti kehidupan manusia jutaan tahun silam berupa ribuan
fosil. Itulah modal awal bagi para ilmuwan untuk menguak misteri
kehidupan nenek moyang yang penuh misteri.
Tak hanya fosil bagian tubuh manusia, tetapi ada juga sisa-sisa
perkakas sederhana pendukung kehidupan zaman dahulu. Dalam kompleks ini
kita mendapatkan bukti bahwa manusia purba yang hidup di Sangiran
sekitar dua juta tahun lalu memiliki habitat. Mereka juga harus taat
pada pola kehidupan yang ada, bergaul dengan binatang hidup bersama
menurut aturan tertentu.
Tak sulit menuju ke sana, hanya 20 kilometer dari Kota Solo. Sangiran
ada dalam wilayah administratif Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa
Tengah. Luasnya mencapai 59 kilometer persegi milik Kecamatan Kalijambe,
Gemolong dan Plupuh, serta Kecamatan Gondangrejo di Kabupaten
Karanganyar.
Konon, sebagaimana diyakini para geolog, dahulu Sangiran adalah
hamparan laut. Proses geologi panjang, serta rangkaian letusan Gunung
Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, telah mengubah Sangiran menjadi
daratan. Hal ini dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah yang sangat
berbeda dengan wilayah lain. Pada setiap lapisan, para ahli menemukan
fosil yang berbeda jenis sesuai zamannya.
Pada suatu masa, Situs Sangiran merupakan suatu kubah yang tererosi
di bagian puncaknya. Bukti kondisi deformasi geologis tampak dengan
adanya aliran Kali Brangkal, Cemoro, dan Pohjajar (anak-anak cabang
Bengawan Solo) yang mengikis situs ini mulai di bagian utara, tengah,
hingga selatan. Kikisan aliran sungai tersebut menyingkap
lapisan-lapisan tanah secara alamiah, kemudian jejak fosil pun tampak,
baik manusia purba maupun hewan vertebrata (Widianto & Simanjuntak:
1995).
Secara stratigrafis, situs Sangiran merupakan situs manusia purba
terlengkap di Asia. Kita dapat menyaksikan perkembangan kehidupan
manusia purba secara berurutan tanpa terputus sejak 2 juta tahun yang
lalu. Mulai dari zaman Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah.
Masyarakat modern mulai mengenal Sangiran saat antropolog dari
Jerman, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, memulai penelitian di
area tersebut pada 1934. Saat itu, Von Koeningswald menemukan paling
tidak lima fosil manusia purba yang berbeda jenisnya. Fosil-fosil ini
menggarisbawahi keyakinan bahwa manusia berevolusi dari kera menjadi
manusia modern seperti bentuk saat ini.
Sejak saat itu, para peneliti, baik dari Indonesia maupun asing,
terus bekerja di Sangiran. Koenigswald bukanlah orang pertama yang
mencoba menguak misteri manusia purba di tanah Jawa. Pada 1891, Eugene
Dubois, antropolog Prancis, menemukan fosil Pithecanthropus Erectus,
manusia purba tertua dari Jawa. Kemudian pada 1930 dan 1931, di Desa
Ngandong, Trinil-Mojokerto, ditemukan juga fosil-fosil manusia purba
yang berasal dari zaman Pleistosen. Penemuan-penemuan ini mengungkap
sejarah manusia yang hidup berabad-abad lalu.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat