Tempat sejuk di tengah wilayah kering yang jadi tempat
bersemadi Panembahan Senapati. Sampai sekarang, tempat ini menjadi
tempat pertapaan bagi yang ingin mendapatkan kewibawaan.
Wonogiri, Jawa Tengah, selama ini dikenal sebagai kota tandus dengan
tanah kering dan sulit ditanami padi. Geografis daerah itu memang
sebagian besar pegunungan kapur dan hanya cocok untuk tanaman keras,
seperti palawija yang kurang bernilai ekonomis.
Namun, saat kita menginjakkan kaki di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, ada keanehan tersendiri. Di desa kecil,
yang hanya berjarak sekitar 25 kilometer arah selatan Wonogiri, ini
terlihat hamparan hijau royo-royo tanaman padi yang tumbuh subur tanpa
harus mengharapkan air hujan. Daerah perbukitan desa itu dibelah oleh
Sungai Wiroko yang bersumber dari mata air di Pegunungan Seribu—di
wilayah yang sama. Sungai itulah yang menjadi penyelamat dengan menjadi
sumber pengairan tanaman padi serta kebutuhan hidup warga Desa Dlepih
dan sekitarnya.
Petilasan Panembahan Senapati
Menurut legenda, Sungai Wiroko adalah salah satu petilasan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senapati, raja pertama Mataram. Di situ pula tempat pertemuan Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan.
Petilasan Panembahan Senapati
Menurut legenda, Sungai Wiroko adalah salah satu petilasan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senapati, raja pertama Mataram. Di situ pula tempat pertemuan Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan.
Konon, Danang Sutawijaya menerima wahyu di tempat itu setelah
bersemadi. Pertemuannya dengan Ratu Kidul salah satunya adalah dalam
rangka bersama-sama merencanakan pembangunan kerajaan di Tanah Jawa
(Mataram). Diceritakan, saat Panembahan Senapati sedang duduk bersama
dengan Ratu Kidul, mendadak datang seorang pembantu, Nyai Puju, untuk
memberikan sesajian kepada Panembahan.
Kedatangan Nyai Puju membuat Ratu Kidul tersadar bahwa pertemuannya
dengan Panembahan Senapati sudah diketahui manusia. Penguasa Laut
Selatan itu cepat-cepat menghindar sambil menarik tangan Panembahan
Senapati. Akibatnya, tasbih Sang Panembahan yang masih dalam genggaman
jatuh berhamburan. Manik-manik tasbih itu berserakan sampai ke dalam
Kedung Pesiraman. Saat itu, Ratu Kidul berkata, “Barangsiapa menemukan
manik-manik anak tasbih yang terendam di Pesiraman Dlepih, dialah yang
akan mendapatkan begja kemayangan (kebesaran). Hal itu karena
manik-manik tasbih Panembahan Senapati bertuah bagi penggunanya.”
Kata-kata begja kemayangan kemudian berubah menjadi kahyangan dan
menjadi cikal bakal nama Kahyangan Dlepih.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat