Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, December 10, 2011

Memburu Kewibawaan di Kahyangan



Tempat sejuk di tengah wilayah kering yang jadi tempat bersemadi Panembahan Senapati. Sampai sekarang, tempat ini menjadi tempat pertapaan bagi yang ingin mendapatkan kewibawaan.
Wonogiri, Jawa Tengah, selama ini dikenal sebagai kota tandus dengan tanah kering dan sulit ditanami padi. Geografis daerah itu memang sebagian besar pegunungan kapur dan hanya cocok untuk tanaman keras, seperti palawija yang kurang bernilai ekonomis.
Namun, saat kita menginjakkan kaki di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, ada keanehan tersendiri. Di desa kecil, yang hanya berjarak sekitar 25 kilometer arah selatan Wonogiri, ini terlihat hamparan hijau royo-royo tanaman padi yang tumbuh subur tanpa harus mengharapkan air hujan. Daerah perbukitan desa itu dibelah oleh Sungai Wiroko yang bersumber dari mata air di Pegunungan Seribu—di wilayah yang sama. Sungai itulah yang menjadi penyelamat dengan menjadi sumber pengairan tanaman padi serta kebutuhan hidup warga Desa Dlepih dan sekitarnya.
Petilasan Panembahan Senapati
Menurut legenda, Sungai Wiroko adalah salah satu petilasan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senapati, raja pertama Mataram. Di situ pula tempat pertemuan Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan.
Konon, Danang Sutawijaya menerima wahyu di tempat itu setelah bersemadi. Pertemuannya dengan Ratu Kidul salah satunya adalah dalam rangka bersama-sama merencanakan pembangunan kerajaan di Tanah Jawa (Mataram). Diceritakan, saat Panembahan Senapati sedang duduk bersama dengan Ratu Kidul, mendadak datang seorang pembantu, Nyai Puju, untuk memberikan sesajian kepada Panembahan.
Kedatangan Nyai Puju membuat Ratu Kidul tersadar bahwa pertemuannya dengan Panembahan Senapati sudah diketahui manusia. Penguasa Laut Selatan itu cepat-cepat menghindar sambil menarik tangan Panembahan Senapati. Akibatnya, tasbih Sang Panembahan yang masih dalam genggaman jatuh berhamburan. Manik-manik tasbih itu berserakan sampai ke dalam Kedung Pesiraman. Saat itu, Ratu Kidul berkata, “Barangsiapa menemukan manik-manik anak tasbih yang terendam di Pesiraman Dlepih, dialah yang akan mendapatkan begja kemayangan (kebesaran). Hal itu karena manik-manik tasbih Panembahan Senapati bertuah bagi penggunanya.” Kata-kata begja kemayangan kemudian berubah menjadi kahyangan dan menjadi cikal bakal nama Kahyangan Dlepih.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat