Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, December 10, 2011

Titik Balik Nias


Foto: Hardy Mendröfa
Berderet Desa mengepung mata, berpagar peradaban zaman. Di sinilah Orang Nias (Ono Niha), merefleksikan Bö’ömbanua, Bö’ö mböwö (baca: be’e mbanua, be’e mbewe-red). Yakni ‘lain kampung, lain pula adatnya’.
Berkunjung ke desa-desa di Pulau Nias, kita seperti di hadapkan pada sebuah eksotisme peradaban budaya. Rumah-rumah berderet rapi lengkap dengan ornamen tradisional, yang tak lapuk dimakan zaman.  Inilah Nias, pulau indah di sebelah barat provinsi Sumatera Utara.
Tercatat ada sekitar 655 desa/kelurahan di Pulau Nias. Dan, uniknya, mereka memiliki tradisi yang berbeda di setiap cakupan wilayahnya. Sebuah refleksi bergaris budaya dengan label Bö’ö mbanua, Bö’ö mböwö . Dari beragam desa yang ada di sana, ada tiga desa yang kami kunjungi untuk lebih menyelami denyut kehidupan Ono Niha. Desa-desa yang kami tuju adalah Desa Bawömataluo di Kecamatan Fanayama, Nias Selatan, juga Kampung Tundrumbaho di Desa Lahusa Idang Tae, Kecamatan Gomo, Nias Selatan, serta Desa Börönadu (Berenadu) atau Desa Sifalagö Gomo, Kecamatan Gomo, Nias Selatan.
Untuk mencapai Desa Bawömataluo atau yang dikenal sebagai Desa Bukit Matahari, memang dibutuhkan tenaga ekstra. Bukan apa-apa, desa ini secara demografis memiliki letak tertinggi dibandingkan desa-desa lain di Nias.  Perjalanan dapat ditempuh dari Bandara Binaka, Gunung Sitoli lewat jalur darat selama lebih kurang 2,5 jam ke Kota Teluk Dalam. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Bawömataluo yang masuk ke dalam kecamatan Fanayama dengan waktu tempuh kurang lebih setengah jam. Tipografi Nias yang berbukit dan berkelok, bakal Anda kenang sepanjang hayat. Ditambah pemandangan alam yang benar-benar alami, maka lengkaplah sebuah sajian petualangan budaya.
Desa Bawömataluo sendiri merupakan salah satu perkampungan tradisional terbesar di Nias. Lokasi desa yang tepat berada di atas bukit, memaksa pengunjung yang hendak mengunjungi desa ini untuk menapaki 86 anak tangga yang memiliki kemiringan sekitar 45 derajat dan berada tepat di depan gerbang desa. Selepas menapaki anak tangga, kita sudah langsung berada di pelataran desa. Dari sini, sejauh mata memandang terlihat pemukiman desa-desa lain yang ada di bawahnya. Tak hanya itu, bentang laut di kejauhan pun terlihat jelas.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat