Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, February 10, 2018

Jika Saya Presiden Dirjen Pajak Saya Bubarkan



Awalnya saya ingin menjadi presiden, tapi rasanya sulit untuk di capai. Banyak angan-angan yang rasanya ingin di sebarkan, tapi baru sebatas impian. Jika saya presiden, terbesit dalam pikiran saya yang pertama kali saya bubarkan Dirjen Pajak. Kenapa?.
         Ketidak puasan masyarakat ‎terhadap pelayanan negara saat ini cendrung membengkak dari pada puasnya. Tentunya pasti ada masalah yang menjadi penyebabnya, wajar-wajar saja jika masyarakat beragumen dan berharap ada respon, maupun memiliki pendapat sendiri, namanya juga negeri demokrasi.
           Awalnya, semua operasional negara saat ini dibiayai sepenuhnya oleh masyarakat. Pengorbanan masyarakat tidak hanya sebatas harta maupun benda, bahkan tidak sedikit nyawa yang menjadi taruhan untuk merebut negara ini dari koalisi penjajah.
             Nah, sekarang sudah berapa puluh tahun kita melawati batas itu. Tapi mengapa masyarakat khususnya saya masih merasa di jajah ?. Itu karena saya anggap negara kita tidak pede, kurang mandiri dan hanya mengadopsi sistem jajahan yang menyedot darah, lendir dari tubuh sendiri. 
        Kita sekarang tinggal di negeri sulap yang mampu jalan di tempat, bahkan terpuruk karena energi dan gizinya sudah habis tersedot untuk mengeluarkan peluh yang bau menyengat.
          Tidak jarang kita melihat pemberitaan masih banyak warga miskin, warga terlantar, pengangguran, rumah tidak layak, pengemis, gembel, anak putus sekolah, bahkan warga tidak bisa berobat akibat tidak punya biaya.
         Di sisi lain, masyarakat dibebankan dengan se-gudang pajak yang terus dijejalkan sejak lahir hingga mati masuk ke Liang Lahat. Mungkin cita-cita saya terlalu tinggi untuk menjadi presiden, tapi mungkin ide saya, bisa menjadi morfin bagi masyarakat berfikir atau penerus saya mendatang.
        Banyaknya pajak dibuat hanya untuk menghasilkan peluh keringat, membuat masyarakat capek dan jenuh. Stop perbudakan mental, masyarakat bukan lagi aset sumber kekayaan pribadi. Pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, pajak penghasilan, Pajak pemakaman Umum, pajak, pajak, pajak dan Pajak.
        Membuat kaum ibu-ibu sering bertengkar dengan suaminya di rumah. Warga di doktrin lebih penting pajak dari pada kenyamanan, keamanan, ‎serta santapan pagi bersama keluarga. Selama ini warga terus diprogram oleh beragam informasi, "Fungsi Pajak Membangun Negara"  Faktanya, seluruh perusahaan yang dibangun dan di kelola negara di negeri ini seperti renternir dan vampir yang selalu menghisap darah setiap korbannya.
          ‎Listrik negara bayar, gas subsidi negara bayar, sekolah negara bayar, kuliah negara bayar, jalan tol bayar, transportasi umum negara bayar, telekomunikasi negara bayar, rumah sakit negara bayar, semuanya tidak ada yang gratis. 
       jika sudah lepas dari penjajahan, semestinya negeri kita sudah mandiri mampu menanggung seluruh kebutuhan masyarakat. Walaupun tidak secara spesifik, mungkin negara bisa memenuhi dulu kebutuhan ‎pokok yang diperlukan warganya.
         Masa saya mendatang tidak akan ada lagi pajak, pajak, pajak. Sistem kita membuat masyarakat sekarat, penerapan pajak sama dengan memenggal kepala saudara sendiri. Di masa depan, hanya ada pengelola uang negara, semua warga berhak mendapat uang negara yang di dapat dari bumi mereka sendiri.
         Hasil pengolahan Kekayaan alam di bagi rata, deportasi semua perusahaan asing, negara monopoli semua bidang, mandiri di masa mendatang. Semua masyarakat di jadikan pegawai negara, walau dalam kandungan sudah mendapat upah.
            Jika ada yang bertanya, operasional negara nantinya dari mana. Cukup dari zakat saja, karena zakat tidak membebani rakyat di pumut satu tahun satu kali. Banyak zakat yang bisa di serap 2,5 persen penghasilan, atau 2,5 persen dari harta yang di pendam, zakat kebun, tizaroh dan penghasilan lainnya.
        Pembangunan merata dilakukan, masyarakat merangkap pegawai sekaligus pemilik negara. Mereka bisa diberdayakan dalam semua bidang, pembangunan, budi daya, perkebunan, teknologi, keamanan, meliter, dengan satu visi dan misi, demi Kesejahteraan bersama.
         Apakah ide ini bisa di wujudkan, itu sulit diprediksi karena waktu berjalan sangat cepat. Semua warga, miskin, kaya, tua dan muda punya peluang dan kesempatan yang sama. Pendidikan diperlukan untuk membuat pemikiran lebih terbuka, pendidikan bukan membuat pendidik dan yang didik menjadi terpaksa.
          Anda bebas berimajinasi dan mengungkapkan ekpresi untuk menyongsong masa mendatang. Mungkin begitulah segelintir impian yang tersandung dalam kata-kata. Semoga menjadi kenyataan.