Demi melestarikan kesenian tradisional, pementasan atau
pertunjukkan kini dimodernisasi menyesuaikan dengan jaman._ Tetap
berupaya melakukan tranformasi nilai tradisional ke dalam kehidupan
urban dijalani.
Beberapa mantan model yang tenar di era 70-an, di kala senggangnya
kini sering berkumpul. Ada Nana Krit, Meidyana Maemunah alias Memes,
Andang Gunawan, Chitra Triady, juga sering berkumpul untuk berlatih
tari. Bukan tari modern, melainkan tari tradisional. Yakni tari Jawa
yang memang sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan. Namun, demi untuk
melestarikannya, mereka rela bersusah payah berlatih.
Nana Krit, mengaku dunia tari memang bukan hal baru baginya. Saat
kecil dan remaja, ia memang sudah mulai menari. Maklum, masa kecil dan
remaja dijalankan di Solo. “Nah, di sana ya anak-anak sudah mulai
diajarkan menari Solo,” ungkapnya.
Namun, ketika dewasa dan tinggal di Jakarta, kota urban, membuat ia
meninggalkan dunia tari. Baru beberapa tahun belakangan, dia kembali
menggeluti dunia tari tradisional. “Saya sempat bergabung bersama
paguyuban wayang Kunti Nalibroto, dan sekarang bersama-sama mantan model
membentuk Banyumili,” kata Nana yang belakangan sibuk menjalani bisnis
event organizer-nya itu.
Belakangan, memang banyak pagelaran kesenian tradisional yang
digerakkan oleh kalangan perempuan, kebanyakan kalangan ibu-ibu pejabat,
istri pengusaha dan tokoh terkemuka, atau ibu-ibu dari kalangan
menengah atas maupun kaum sosialita. Selain Banyumili, ada juga
paguyuban wayang Kunti Nalibroto yang dimotori mantan model era 70-an
Ratih Dagdo Subroto yang sudah duluan dengan menggelar lebih dari tujuh
kali pentas wayang orang putri di beberapa tempat di Jakarta, atau Mitra
Wayang Indonesia yang dimotori oleh Atilah Soeryadjaya, yang bulan lalu
sukses mempergelarkan wayang orang bertajuk Srikandi Kembar Lima.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat