Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Monday, April 9, 2012

"Seni Tradisi Jangan Punah"

Foto: Hardy Mendröfa
Demi melestarikan kesenian tradisional, pementasan atau pertunjukkan kini dimodernisasi menyesuaikan dengan jaman._ Tetap berupaya melakukan tranformasi nilai tradisional ke dalam kehidupan urban dijalani.
Beberapa mantan model yang tenar di era 70-an, di kala senggangnya kini sering berkumpul. Ada Nana Krit, Meidyana Maemunah alias Memes, Andang Gunawan, Chitra Triady, juga sering berkumpul untuk berlatih tari. Bukan tari modern, melainkan tari tradisional. Yakni tari Jawa yang memang sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan. Namun, demi untuk melestarikannya, mereka rela bersusah payah berlatih.
Nana Krit, mengaku dunia tari memang bukan hal baru baginya. Saat kecil dan remaja, ia memang sudah mulai menari. Maklum, masa kecil dan remaja dijalankan di Solo.  “Nah, di sana ya anak-anak sudah mulai diajarkan menari Solo,” ungkapnya.
Namun, ketika dewasa dan tinggal di Jakarta, kota urban, membuat ia meninggalkan dunia tari. Baru beberapa tahun belakangan, dia kembali menggeluti dunia tari tradisional.  “Saya sempat bergabung bersama paguyuban wayang Kunti Nalibroto, dan sekarang bersama-sama mantan model membentuk Banyumili,” kata Nana yang belakangan sibuk menjalani bisnis event organizer-nya itu.
Belakangan, memang banyak pagelaran kesenian tradisional yang digerakkan oleh kalangan perempuan, kebanyakan kalangan ibu-ibu pejabat, istri pengusaha dan tokoh terkemuka, atau ibu-ibu dari kalangan menengah atas maupun kaum sosialita. Selain Banyumili, ada juga paguyuban wayang Kunti Nalibroto yang dimotori mantan model era 70-an Ratih Dagdo Subroto yang sudah duluan dengan menggelar lebih dari tujuh kali pentas wayang orang putri di beberapa tempat di Jakarta, atau Mitra Wayang Indonesia yang dimotori oleh Atilah Soeryadjaya, yang bulan lalu sukses mempergelarkan wayang orang bertajuk Srikandi Kembar Lima.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat