Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Friday, April 20, 2012

"Pencangkokan Nurani demi Kebangkitan"

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Ada 12 naskah drama yang ditulis Bung Karno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Semuanya pernah dipentaskan di sana. Jumlah itu tidak termasuk beberapa lakon yang ditulisnya di Bengkulu.
Lakon-lakon itu seakan lenyap di tengah kemasyhuran Bung Karno sebagai orator penggerak revolusi, pendiri, dan proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untunglah dalam rak rumah Bung Karno di Ende masih ada fotokopi “aslinya”. Dari para anggota teater Bung Karno di Ende diketahui kedua belas naskah drama yang ditulis Bung Karno di Ende berjudul: Kutkutbi, Rahasia Kelimutu, Aero Dinamit, Dokter Sjaitan, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Amoek, Sanghai Rumba, Gera Ende, Indonesia 1945, Rendo, dan Jula Gubi.
Setelah pembuangan di Ende (14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938), BK dibuang kembali ke Bengkulu, juga selama empat tahun. Di sana ia menikahi Fatwamati (1943) yang memberinya lima orang anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Selama di Bengkulu (1938-1942) BK juga membangun kelompok teater. Naskah-naskah yang dimainkan di Bengkulu sebagian berasal dari naskah Ende, tetapi ada juga naskah baru, antara lain Rainbow (Poetri Kentjana Boelan); Chungking-Djakarta, Si Kecil; Hantoe Goenoeng Boengkoek.
Seusia dengan Toneel Klub Kelimutu, ada kelompok tonil lain yang terkenal bernama Dardanella. Namun, naskah mereka tidak seperti naskah-naskah BK. Lakon Bung Karno dengan sangat sublim menyulut “gerakan pemberontakan”. Beberapa anggota Toneel Klub Kelimutu membenarkan bahwa BK selalu membangkitkan “semangat pembangkangan” terhadap Belanda.
Lakon Indonesia 1945 konon ditulis atas pesanan Tuan Natahan, orang Filipina yang memimpin sandiwara keliling. Drama itu berisi ramalan akan tiba saatnya bangsa Asia bangkit dan memberontak terhadap penjajah kulit putih. Kemudian Indonesia 1945 menjadi kenyataan: Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan diproklamasikan oleh penulisnya sendiri.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat