Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Monday, April 9, 2012

"Papua, Cinta yang Terabaikan"


Anton Bayu Samudra
Kalau saja masih hidup, Johanes Abraham Dimara, pejuang Papua, pasti akan menangis. Sebab, konflik di Papua yang sudah ada sejak tahun 1960-an ternyata sampai tahun 2011 ini masih ada. Bahkan, masih ada yang berupaya mengibarkan bendera “Bintang Kejora”—bendera Papua merdeka.
Semasa hidupnya, Johanes Abraham Dimara (J.A. Dimara), meskipun tidak banyak dikenal di kalangan generasi muda Papua, diakui sebagai salah seorang putra Papua yang terlibat langsung dalam seluruh rangkaian perjuangan pembebasan pulau paling timur di Indonesia itu, sejak masih bernama Irian Barat. Anggota TNI berpangkat Mayor itu mengikuti perjuangan sejak sebelum Operasi Trikora sampai proses penyelesaian secara politik diplomasi di forum PBB.
Bila melihat sejarahnya, Provinsi Papua berdiri pada 10 September 1969 dengan nama Irian Jaya, setelah sebelumnya dikenal dengan nama Irian Barat. Bila wilayah-wilayah lain di Indonesia dapat dibebaskan dari cengkeraman penjajah, pada lima tahun sesudah Proklamasi 17 Agustus 1945, pembebasan Irian Jaya melalui proses yang panjang.
J.A. Dimara, yang semula adalah guru agama di Ambon, mengikuti perjuangan sejak membantu Yos Sudarso dalam Ekspedisi Merah Putih di Maluku. Setelah masuk-keluar penjara, ia terbawa ke Makassar, dan di situlah ia berjumpa Bung Karno saat Presiden RI itu meninjau rumah sakit tempat Dimara dirawat. Selanjutnya, ia dipercaya sebagai ketua Organisasi Pembebasan Irian Barat (OPI) yang membuat dirinya kembali masuk penjara. Sekeluar dari penjara, ia diminta Bung Karno bergabung dengan rombongan Menlu ketika itu, Dr. Soebandrio, ke PBB untuk ikut memperjuangkan Pembebasan Irian Barat di forum internasional.
Tidak mengherankan, di dalam buku biografinya J.A. DIMARA, Lintas Perjuangan Putra Papua (Carmelia Sukmawati, 2000)—yang diberi pengantar, antara lain, oleh Megawati Soekarnoputri dan Jenderal (TNI) Try Sutrisno—diceritakan, betapa dalam keadaan sakit pun semangat keindonesiaannya tak kunjung padam. Ia terus bersuara lantang menyerukan perlunya persatuan bangsa ini.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat