Mentawai sudah banyak diincar wisatawan. Mempertahankan kehidupan tradisional untuk tujuan pariwisata.
Kabupaten Kepulauan Mentawai dikukuhkan tahun 1999 dengan ibu kota
Tua Pejat, Sipora—sebuah kota pelabuhan. Uniknya, letak kantorkantor
pemerintahan jauh dari pelabuhan. Lewat jalan berliku dan menanjak,
kita bisa melihat deretan kantor departemen sepanjang puluhan
kilometer. Apakah pemerintah sebetulnya juga percaya pada ajaran nenek
moyang orang Mentawai bahwa sebaiknya tidak membangun permukiman di
dekat pantai?
Menurut salah satu cerita rakyat, Mentawai berawal dari dua perahu
besar yang pergi meninggalkan Padang menuju arah barat. Di tengah
perjalanan, kedua perahu tersebut berpisah. Sebelum berpisah, sebagai
tanda pengenal bila bertemu kembali, mereka mematahkan kulit kerang dan
batu gosok menjadi dua. Separuh bagian disimpan oleh setiap nakhoda.
Setelah lama mengembara, kedua perahu besar tersebut bertemu
kembali, tetapi malah bertempur. Untunglah semua terselamatkan berkat
kecocokan potongan kulit kerang dan batu gosok tersebut. Satu perahu
kembali ke Padang, sementara yang lain tetap bertolak menuju Pulau
Siberut, yang akhirnya menjadi nenek moyang penduduk Mentawai.
Versi lain menceritakan tentang Ama Tawe, seorang lakilaki dari Nias
yang sedang mencari ikan di laut. Badai yang tiba-tiba menghantam,
membuat pria itu terdampar di muara Simatalu. Di situ ia menjumpai
banyak pohon sagu dan keladi, yang menjanjikan lokasi subur. Maka
dibuatnyalah perahu besar untuk menjemput istri dan anak-anaknya hingga
akhirnya terciptalah nama Mentawai.
Kisah yang kedua itu mendapat banyak dukungan karena dalam bahasa
Mentawai memang terdapat banyak persamaan dengan bahasa Nias.
Contohnya, ‘kucing’ dalam bahasa Nias dan Mentawai sama-sama disebut ‘mao’. Dalam penyebutan bilangan 1-10, hanya angka 9 yang berbeda. Selain itu, ditemukan pula seni tato di sebelah selatan Pulau Nias.
Pada akhirnya, hipotesis ini terbantahkan karena berbeda dengan
Nias, masyarakat adat Mentawai tidak pernah memasuki zaman logam. Soal
kemiripan bahasa, hal itu wajar karena berasal dari nenek moyang yang
sama, yaitu Yunan di Selatan Cina.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat