Sudah sejak dulu orang Flores merantau. Kini tak hanya
keluarga terpandang, yang miskin pun lebih senang bekerja di kota, meski
sebagai buruh kasar. Di perantauan mereka mencoba setia dengan adat dan
gereja.
Adalah Helmi Johannes, wartawan dan penyiar televisi yang sekarang
bekerja di Washington DC, membenarkan hal itu. Putra pahlawan nasional
asal Pulau Rote, Flores, Prof. Herman Johannes, yang juga mantan penyiar
berita sebuah stasiun televisi swasta, ini lahir dan dibesarkan di
Yogyakarta.
Kepada Warisan Indonesia, Helmi mengatakan bahwa warga asal
pulau-pulau sekitar Flores memang sejak lama senang mengembara. Ia pun
menyebut nama-nama sejumlah tokoh intelektual, pejabat sipil,
kepolisian, serta wartawan asal Flores. Sayang, tak ada perincian
mengapa mereka meninggalkan kampung halamannya dan membuat penghidupan
baru di perantauan.
Ayah Helmi berasal dari pulau bagian paling selatan wilayah Indonesia
yang miskin. Sebagian warganya hidup sebagai nelayan tradisional yang
mencari penghidupan dengan melintasi batas-batas negara. “Banyak dari
mereka ditangkap Pemerintah Australia. Mereka secara turun-temurun
sudah melakukannya dan tidak mengenal masalah geografis,” ujar Helmi.
Penuturan itu seakan menepis kesan, yang pernah ada dalam benak
sebagian orang bahwa perantau dari kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT),
terutama Flores, dipelopori kaum elite setempat. Meskipun memang benar
bahwa merekalah yang memiliki akses informasi dan bekal uang sehingga
bisa pergi ke wilayah yang mereka idam-idamkan untuk menuntut ilmu.
Setelah bekerja keras dalam beberapa dekade mereka menjadi kelompok
orang yang hidup mapan di kota-kota besar.
Daerah utama tujuan perantau adalah Pulau Jawa, Sulawesi, juga
Australia. Konon mereka menganggap bahwa Jawa merupakan tanah subur dan
menjanjikan serta jauh lebih maju. Sarana pendidikan modern menjadi
faktor penting, mengapa keluarga berada mengirimkan anak-anaknya belajar
di kota, seperti Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan juga Bandung.
Sebagian lagi memilih merantau ke Sulawesi karena telah ada jalinan
hubungan panjang mengingat kerajaankerajaan di sana pernah menguasai
sebagian wilayah NTT. Sementara Australia menjadi tujuan lain karena
pengaruh gereja. Mayoritas warga Nasrani memandang orang-orang Belanda
sebagai saudara bukan penjajah.Hal ini karena dulu mereka mengenal Injil
dari misionaris Barat.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat