Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, March 24, 2012

"Tari Saman, Warisan Dunia,mengguncang hati"


Pemerintah daerah Aceh telah mendaftarkan Tari Saman sebagai tari dunia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sudah mendapat nomor seri 00001. Jika sudah mendapat ketetapan dari UNESCO, Tari Saman menjadi satu-satunya tarian daerah dari Indonesia yang menjadi warisan dunia.
Tari saman—sebuah tarian yang menggabungkan seni suara, gerakan badan, dan tepukan tangan sebagai pengganti musik pengiring—memang sangat melekat dengan Aceh.
Para penari biasanya duduk berjajar dan tidak berpindah sepanjang penampilan tari. Yang bergerak hanya tangan menepuk bahu dan paha, badan naik-turun, dan kepala menggeleng ke kiri dan ke kanan.
Gerakan tari diawali dengan ritme yang lambat, semakin lama semakin cepat, bahkan sangat cepat, seiring nyanyian syair yang dilantunkan oleh seorang syekh pemimpin para penari itu. Tari ini biasanya dimainkan oleh belasan sampai puluhan laki-laki dalam jumlah ganjil.
Hampir semua tarian Aceh dimainkan secara beramairamai. Tak terkecuali tari saman yang dimasukkan ke dalam jenis kesenian ratoh duek (tari duduk). Keseragaman formasi dan ketepatan waktu dalam bergerak adalah suatu keharusan agar gerak tarian tetap harmonis dan sempurna, meskipun dilakukan dengan gerakan yang sangat cepat.
Tari saman dianggap tarian suku Gayo, sebuah suku Aceh yang terletak di wilayah pedalaman dan pegunungan Aceh. Tepatnya di wilayah Aceh Tengah. Tarian ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat, juga untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tarian yang diyakini erat kaitannya dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara, khususnya di wilayah Aceh, biasanya menggunakan syair berbahasa Arab dan bahasa suku Gayo. Konon penciptaan tari saman adalah untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Itulah sebabnya tarian saman ini sangat kental dengan keislamannya.
Ada keyakinan pula bahwa tari saman erat kaitan dengan tarekat Samaniyah yang masuk ke Aceh dan Palembang sekitar abad ke-18, dibawa oleh Abdul Saman al-Palimbani, salah satu murid Syekh Abdulkarim al-Hasan as Samani Almadani sebagai pencipta tarekat Samaniyah.
“Syekh Abdulkarim al-Hasan as Samani Almadani tidak pernah menjejakkan kaki di bumi Nusantara untuk mengembangkan tarekat Samaniyah. Tarekat ini sampai ke Nusantara melalui muridnya yang disebut Ulama Empat Serangkai yang salah satunya adalah Abdul Saman al-Palimbani,” kata Iman Juani, seorang penari saman Aceh, yang sedang meneliti asal-usul tari saman.
Keempat murid Syekh Abdulkarim al-Hasan as Samai Almadani sampai ke Nusantara dan mulai menyebarkan agama Islam ke beberapa daerah di Nusantara, antara lain ke Makassar, Bugis, Palembang, dan Aceh. Abdul Saman al-Palimbani merupakan syekh yang mengembangkan tarekat Samaniyah di Palembang dan Aceh.
“Dalam akar saman, ada ratip atau zikir dengan identitas tersendiri, yaitu menggoyangkan badan ke kiri dan kanan, berzikir, dan bertepuk. Di Aceh, akar Saman sudah ada sebelumnya, tetapi belum islami,” kata Iman Juani.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat