Setumpuk naskah lama tergeletak di lemari. Berhuruf Melawi Jawi atau Arab Gundul. Naskah berjajar tak teratur. Terserak bersama sekumpulan buku kuno. Kunci lemari terbuat dari gerendel kecil, mudah dibungkas. Rumah berarsitektur khas Melayu tersebut tak ada yang merawat. Pekerja pembangunan masjid menjadikannya gudang dan ruang rehat. Tumpukan sekop, panci, dan kompor bercecer di segala ruang. Naskah dan rumah sama tak terawatnya. Itulah ironi rumah khas Melayu di Kampung Dagang, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Rumah itu milik ulama terkenal di Sambas, Basuni Imran, yang bergelar “Sang Maharaja Imam”. Rumah Basuni Imran diperbaiki untuk dijadikan museum, tetapi perbaikan dan pengisian benda sejarah tak kunjung usai. Semua terbengkalai. Kabupaten Sambas terletak di ujung pantai utara Kalimantan Barat. Berjarak sekitar 225 kilometer dari Kota Pontianak. Sambas pernah jadi perlintasan budaya, agama, perdagangan, dan jalur ekspansi antarnegara. Hal itu bisa dilihat dari berbagai barang kuno yang ditemukan di Sambas, misalnya, patung Buddha Mahayana terbuat dari emas dan perunggu yang dianggap sebagai patung Buddha tertua di Indonesia. Sayangnya, patung itu tiba-tiba raib dan muncul di Balai Lelang Southeby’s, London tahun 2002. “Sambas jadi salah satu pintu masuk ke wilayah Nusantara,” kata Mul’am Kusairi, pencinta barang kuno dan seni di Sambas dan juga mengajar kebudayaan dan kesenian Melayu Sambas di salah satu universitas di Malaysia. Hal itu bisa dilihat dengan ditemukannya kontrak dagang pada 1609, antara kesultanan Sambas dengan Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Sambas masuk dalam jajaran sejarah perekonomian awal di Indonesia. Juga ditemukan berbagai senjata dari Eropa di Sambas, seperti pedang, meriam, dan lainnya. Artinya, banyak orang meninggal di Sambas. Dalam ketentaraan, senjata tidak boleh ditinggal. Kecuali ditawan atau dibunuh. Senjata yang ditemukan sebagian besar pedang perwira. Pedang perwira banyak hiasan dan inisial. Pedang prajurit tidak ada hiasan dan inisial. Senjata ditemukan di tempat yang dianggap sarang lanun atau perompak. Pedang sebagian besar dari Inggris, Belanda, Prancis, dan Amerika Serikat. Pedang Moghul atau India juga banyak. Rata-rata buatan abad ke-17 hingga abad ke-18 | |
Laman
to night
Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda
Saturday, March 24, 2012
Naskah Melayu Kuno yang Terserak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat