Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, March 24, 2012

Lengger Banyumas – Masak Porno, Sih?

Agung Wiera
Gerakan-gerakan tarian lengger yang erotis dianggap porno. Padahal, tarian itu awalnya kesenian keagamaan lokal.
Dua penari wanita muda usia—mengenakan kain dengan bagian dada terbuka, berkalung selendang, dan rambut disanggul—muncul dari arah yang berlawanan, diiringi tetabuhan yang keluar dari berbagai alat musik, seperti gendang, gender, dan calung dari bambu. Irama yang rancak membuat geyol si penari semakin mantap. Sambil menyanyi, mereka menarik penonton laki-laki dengan selendangnya.  Begitulah awal pementasan tari lengger.
Di bagian yang disebut babak lenggeran ini, kedua lengger (penari) memperkenalkan diri kepada penonton, kemudian menyanyi dan menari. Di sini sudah ada saweran dari penonton pria yang terkesima dengan geyol si penari yang erotis.
Adegan seperti itulah yang membuat tari tradisi dari Banyumas ini pernah dilarang oleh pemerintah daerah setempat. Tarian itu dianggap melanggar Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi.
Pembuatan film berjudul Kelas 5000-an, yang terpilih sebagai film cerita pendek terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2010, terinspirasi dari kehidupan penari lengger. Film yang disutradarai oleh Jihat Ajie itu mengisahkan penari lengger bernama Tantri. Ibunya menyarankan agar Tantri mencari pekerjaan lain, tetapi Tantri sudah telanjur mencintai pekerjaan yang ia warisi dari ibunya itu.
Setiap Tantri manggung, selalu ramai pengunjung—terutama lelaki. Yang artinya banyak rezeki. Namun, pihak keamanan membubarkan pertunjukan Tantri karena dianggap mendatangkan keonaran dan melanggar Undang-Undang Pornografi. Padahal, Tantri tidak paham apa itu Undang-Undang Pornografi. Yang ia tahu hanyalah menari dan pulang membawa uang untuk anak semata wayangnya dan ibunya yang renta.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat