Pasar tradisional, tempat transaksi pedagang dan pembeli,
itu termasuk salah satu objek favorit para pelukis tradisional, mulai
dari modern hingga kontemporer. Apanya yang menarik?
Di kota-kota besar di Indonesia, pasar-pasar tradisional sudah
tergantikan oleh supermarket dengan beragam merek, baik merek asli dalam
negeri maupun waralaba asing. Namun, di desa-desa, pasar tradisional
masih berjaya, meskipun sudah terancam minimarket lokal yang mulai aktif
masuk desa.
Salah satu keunggulan pasar tradisional adalah selalu tersedia ruang
tawar-menawar sehingga pembeli tertantang untuk mendapatkan barang bagus
dengan harga murah, sedangkan penjual tetap bisa mengambil keuntungan.
Dalam proses tawar-menawar hingga tercapai titik sepakat atau tidak
sepakat itulah muncul “perasaan tertentu” yang tidak didapatkan di
supermarket, minimarket, dan hipermarket yang harganya tidak bisa
ditawar lagi. Dalam proses tawarmenawar itu pula pedagang dan pembeli
dilatih untuk saling meluluhkan hati “lawan” dengan cara yang santun.
Dalam ranah seni rupa Indonesia, kehidupan pasar tradisional banyak
diangkat para pelukis ke atas kanvas. Tentu saja dengan alasan
masing-masing. Mulai dari kekayaan warna yang ditimbulkan dari kostum
penjual dan pembeli, kekayaan garis bidang dan ruang, kekayaan gerak,
hingga yang sudah disinggung di atas—ekspresi individu ataupun kelompok
dalam proses transaksi dan pergerakan di dalam ruang. Di samping itu,
setiap pasar juga menawarkan bentuk-bentuk arsitektur yang menunjukkan setting pasar,
juga isi dari pasar tersebut sesuai dengan jenisnya—mulai dari pasar
ikan, pasar burung, pasar buah, pasar kambing, hingga pasar yang menjual
sayur-mayur, bahan kebutuhan pokok, dan kebutuhan sehari-hari lain.
Belum lagi bau pasar yang mempunyai aroma khas. Dinamika pasar seperti
itu menantang pelukis untuk bisa “menaklukkan” secara artistik.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat