Musik gondang sabangunan terus mengentak sigale-gale
bergoyang menari dan orang-orang pun bergantian manortor (menari). Kini
tarian itu bukan lagi ritual untuk menghormati leluhur, melainkan bagian
dari suguhan wisata.
MUSIK gondang sabangunan, sore itu, terus mengentak menyambut
kedatangan rombongan Temu Pusaka 2011. Wajah Merdi Sihombing, perancang
busana kondang dan pelestari ulos, tampak berbunga-bunga. Ia sibuk
mengawasi para pembantunya bekerja seraya menyambut kedatangan peserta
untuk makan siang sekaligus mengunjungi bengkel kerja dan pusat tenun
ulosnya di Samosir.
Jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Waktu seminar berkepanjangan,
akibatnya peserta letih dan kelaparan. Maklum saja sebelumnya panitia
mengajak mereka menempuh perjalanan panjang dari Tuk-tuk. Sebagian
peserta langsung berhamburan menyerbu hidangan yang disediakan tuan
rumah. Sisanya, menyerbu ruang bengkel kerja Merdi Sihombing lalu
memotret gadisgadis yang asik menenun ulos.
Sementara itu, ibu-ibu langsung menuju sasaran melihat koleksi di
butik perancang busana yang sedang naik daun itu. Lembaran-lembaran
rupiah bertukar dengan ulos hasil karya Merdi Sihombing.
Selepas makan siang, musik gondang sabangunan makin mengentak,
apalagi paminta gondang (ketua kelompok) mulai mengajak manortor. Patung
sigale-gale, yang sejak tadi diam, mulai bergerak mengikuti irama
musik. Beberapa orang mulai turun manortor, tak ketinggalan I Gede
Ardika, Pia Alisyahbana, dan peserta dari India, Kanada, Malaysia, ikut
bergabung menari. Apalagi, Merdi Sihombing juga ikut nimbrung sambil
menyawer. Peserta lain pun segera mengikutinya.
Gondang Mula-mula mengawali hajatan itu lalu berturut-turut menyusul Gondang Somba, Gondang Mangaliat, Gondang Simonang-monang, Gondang Sibungajambu, Gondang Marhusip. Sukaria itu pun berakhir dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat