Para bangsawan keraton Mataram bergotong royong
mendirikan museum ini agar masyarakat mengenal tradisi serta kejayaan
Kerajaan Yogyakarta dan Solo. Saat Merapi meletus atapnya tertimbun debu
setebal 25 sentimeter.
“Saya ingin melihat meja rias kuno milik putri keraton yang katanya
ada di sini. Kata temanteman yang pernah melihat sih, cantik. Sudah lama
sebenarnya saya kepengin ke sini,” ujar Nurma Wulandari (38) asal
Surabaya.
Demikian jawaban salah seorang pengunjung ketika Warisan Indonesia
menanyakan apa yang membuat dirinya tertarik mengunjungi Museum Ullen
Sentalu. Jauh-jauh dari Surabaya hanya ingin melihat meja rias?
Jawaban itu seakan terkesan berlebihan. Namun, jika melihat fenomena
umum tentang apresiasi masyarakat terhadap museum, kita tak heran lagi.
Dibanding puluhan museum lain di kawasan Yogyakarta, nasib Ullen
Sentalu sedikit lebih beruntung. Tiap hari selalu ada pengunjung yang
datang. Mungkin karena letaknya di lokasi wisata favorit, Kaliurang,
Yogyakarta. “Sesepi-sepinya pengunjung, tiap hari lima sampai sepuluh
orang masih ada,” kata Ria Januar, salah seorang staf museum.
Museum Seni dan Budaya Ullen Sentalu didirikan oleh keluarga Haryono
asal Solo. Pendirian museum ini juga didukung oleh Sri Paduka Paku Alam
VIII, Sunan Paku Buwono XII, Gusti Kanjeng Ratu Alit, Kanjeng Gusti
Pangeran Haryo (KGPH) Poeger, dan Gusti Raden Ayu (GRAy) Nurul
Kusumawardhani. Mereka juga sekaligus ikut memberikan material untuk
koleksi museum, seperti kain batik, asesoris, foto, dan naskah. Museum
ini diresmikan pada 1 Maret 1997 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Ario (KGPAA) Paku Alam VIII yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur
DIY.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat