Rumah topeng Prayitno bukan untuk dikunjungi turis biasa.
Koleksinya ditata bukan sebagai pajangan. Prayitno mengajak pengunjung
melihat filosofi di baliknya.
Kalau ke Bali, jangan lupa pergi ke Ubud. Meskipun di Ubud, Anda akan
terpaksa melupakan banyak hal. Di situ banyak sekali yang tidak bisa
tidak mesti dilihat. Akhirnya Anda akan terpaksa memilih untuk melupakan
beberapa hal karena mesti ada prioritas.
Akan tetapi, jangan tidak menyempatkan menyambangi House Mask and
Puppets Setia Darma. Letaknya di Jalan Tegal Bingin, Br. Tengkulak
Tengah, Kemenuh, Sukawati, Gianyar.
Rumah topeng itu dibuat oleh lelaki 65 tahun asal Lamongan, Jawa
Timur, bernama Prayitno. Suami Cecilia Bintang Nusawati ini membangun
beberapa rumah di lahan yang luas, menampung topeng dari sejumlah
wilayah Tanah Air. Juga ada topeng Noh dari Jepang, Kamboja, India,
China, Meksiko, Afrika (Mali, Pantai Gading, Gabon), serta sebagian
Eropa. Bukan sekadar topeng. Topeng pilihan dengan selera tinggi.
Banyak orang heran, kenapa Prayitno tidak membangun di wilayahnya.
Kenapa mesti di Bali? Mau mengeruk kantong turis? “Saya memilih Bali
karena saya ingin aman,” kata Prayitno, “kita tahu di masa lalu di
beberapa wilayah Tanah Air, topeng dicari untuk dimusnahkan. Benda
budaya itu dianggap sebagai sesuatu yang kotor. Di Bali, yang menjadi
gudang topeng, semua topeng saya aman. Di sini tidak ada kebencian
terhadap topeng.”
Rumah Topeng Setia Darma terletak di sebuah lembah yang diapit oleh
dua tebing yang, konon, merupakan tempat pertempuran rahasia kekuatan
gaib. Tak seorang pun yang berani tinggal di tempat itu. Wajar sekali
kalau Prayitno berhasil memilikinya dengan mudah. Bahkan, kemudian
tinggal di situ di sebuah rumah yang sesuai dengan aturan arsitektur
Bali.
“Saya tidak pernah diganggu dan merasa terganggu tinggal sendirian di
sini,” kata Prayitno di depan rumahnya yang kalau malam bisa
dibayangkan akan kelihatan mencekam.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat