Rumah para bangsawan. Penuh simbol dan makna, hingga lekang ratusan tahun lamanya.
Meski berusia ratusan tahun, namun Omo Nifolasara masih kokoh dan
berdiri tegak di Desa Bawomataluo. Rumah adat besar hasil rancangan para
nenek moyang ini, bahkan tak ‘terluka’ kala Nias dihantam gempa 8,7 SR
di tahun 2005 silam.
Rumah yang didirikan Laowö Fau pada abad ke-18 ini, kini ditempati
dua keturunannya, Mo’arota Fau dan Buala Fau. Kedua kakak beradik
tersebut tercatat merupakan keturunan ke-7 dari Laowö (Laowe) Fau. Meski
sekarang ini kondisinya terkesan kurang terawat namun Omo Nifolasara,
tetaplah bukti tersahih tentang kedigdayaan arsitektur Nias di masa
lampau.
Memiliki luas 32X10M dan ketinggian bangunan mencapai 26M, bisa
dibayangkan betapa besarnya rumah adat ini. Tak hanya itu, beragam
ornamen pun terlihat di sana dan menambah kesan gagah rumah adat besar
ini. Secara umum, titik kekuatan dari rumah-rumah adat tradisional di
Nias, khususnya rumah adat para bangsawan, terletak pada bagian kolong
atau kaki bangunan. Tiang-tiang penyangga tegak (Ehomo) dan tiang
penyangga diagonal (Ndriwa) pada rumah adat ini bertumpu pada umpak batu
(pondasi batu) yang terletak di bawah bangunan.
Rumah para bangsawan. Penuh simbol dan makna, hingga lekang ratusan
tahun lamanya. Meski berusia ratusan tahun, namun Omo Nifolasara masih
kokoh dan berdiri tegak di Desa Bawomataluo. Rumah adat besar hasil
rancangan para nenek moyang ini, bahkan tak ‘terluka’ kala Nias dihantam
gempa 8,7 SR di tahun 2005 silam.
Rumah yang didirikan Laowö Fau pada abad ke-18 ini, kini ditempati
dua keturunannya, Moarota Fau dan Buala Fau. Kedua kakak beradik
tersebut tercatat merupakan keturunan ke-7 dari Laowö (Laowe) Fau. Meski
sekarang ini kondisinya terkesan kurang terawat namun Omo Nifolasara,
tetaplah bukti tersahih tentang kedigdayaan arsitektur Nias di masa
lampau.
Memiliki luas 32X10M dan ketinggian bangunan mencapai 26M, bisa
dibayangkan betapa besarnya rumah adat ini. Tak hanya itu, beragam
ornamen pun terlihat di sana dan menambah kesan gagah rumah adat besar
ini. Secara umum, titik kekuatan dari rumah-rumah adat tradisional di
Nias, khususnya rumah adat para bangsawan, terletak pada bagian kolong
atau kaki bangunan. Tiang-tiang penyangga tegak (Ehomo) dan tiang
penyangga diagonal (Ndriwa) pada rumah adat ini bertumpu pada umpak batu
(pondasi batu) yang terletak di bawah bangunan.
Bangunan Omo Nifolasara secara umum dibagi menjadi tiga bagian.
Yakni, bagian atas (Ganö-ganö lawa). Lalu, ada bagian tengah yang
terbagi lagi dalam tiga bagian, yaitu Föröma (tengah belakang),
Kolu-kolu (bagian tengah kamar kecil), dan Tawolo (tengah depan), serta
satu lagi di bagian bawah (Arö nomo).
Fungsi utama rumah adat ini berada di bagian tengah depan (Tawolo),
yang terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu Ahe Mbalö (lantai
tempat duduk masyarakat umum, Bato (tempat duduk tetua adat) dan
Farakhima (tempat duduk bangsawan), di bagian ini, juga terdapat
sandaran tangan khusus untuk para bangsawan yang disebut Salagotö.
Di ruang utama juga terdapat Haröfa, tempat penyimpanan patung. Ada
juga bagian yang digunakan menyimpan rahang babi. Rahang babi di daerah
ini menjadi simbol dari status sosial sang bangsawan yang memiliki
rumah. Semakin banyak babi dipotong dalam setiap upacara adat, semakin
menandakan tingginya tingkat status sosial keluarga pemilik rumah.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat