Sudah sejak 1.700 tahun lalu masyarakat Toraja memiliki cara
unik memakamkan jenazah, yakni dengan meletakkan begitu saja di tebing
atau gua marmer. Lewat doa kepada Deata dalam kepercayaan Aluk Todolo,
jenazah itu tidak berbau meski tanpa pembalseman.
Meskipun dinaungi rimbun pepohonan dan hawa dingin pegunungan, tidak
membuat kompleks makam tua di Toraja ini angker, apalagi mistis.
Padahal, tulang-belulang manusia berserak di sanasini. Kete Kesu’
begitulah orang Toraja menyebut situs pekuburan di Kecamatan Kesu’,
Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, ini.
Menurut sejarah kuno Toraja, situs ini sudah dijadikan pekuburan
sejak ribuan tahun lalu. Diprediksi demikian karena begitu sampai di
tengah situs, kita akan menemui tulang-belulang berserakan di tangga
menuju gua. Menurut Arkeolog Toraja Marla Tandirerung, fosil itu
merupakan tulang bangsawan hingga budak yang hidup di sejumlah tongkonan
di Wilayah Adat Kesu’.
Dahulu, Suku Toraja tidak mengubur jenazah orang yang meninggal,
tetapi ditaruh saja di sekitar gua. Alasannya, selain peradaban manusia
belum berkembang, mereka senantiasa bisa tetap menjaga peninggalan
leluhur yang turut dibawa ke kuburan. Di Kete Kesu’, tidak hanya
bangsawan yang menjadikan situs itu sebagai kuburan, tetapi orang biasa
yang bekerja pada bangsawan itu juga dimakamkan.
Ketua Adat Wilayah Kesu’ Layuk Sarongallo juga bercerita demikian.
Seraya mendongengkan kehidupan leluhur Toraja, Kete Kesu’ merupakan
areal pemakaman gunung batu yang terbentuk alami. Masyarakat primitif
tidak lagi memerlukan peralatan untuk menyimpan jenazah dan memanfaatkan
gua-gua alam sebagai tempat peristirahatan terakhir keluarga mereka.
Hal tersebut diperkirakan terjadi sejak 1.700 tahun yang lalu. Mayat
ditempatkan di gua-gua hanya ditutupi kulit kayu yang sudah diketam
untuk sekujur badan. Namun, anehnya, tidak sedikit pun bau bangkai
menyengat hidung. Layuk menjelaskan, ajaran Aluk Todolo yang dianut Suku
Toraja memang berdoa kepada Deata agar bau-bau tersebut dihilangkan
dari tanah mereka tinggal. Alasan lain yang bisa terlihat dari
hilangnya bau busuk di pekuburan ini, yaitu gunung yang terbentuk dari
marmer tersebut mengalirkan hawa dingin sehingga mayat seperti
dimasukkan ke dalam pendingin. Karena itu, sekarang Toraja dikenal
memiliki banyak mumi. Dalam areal Kete Kesu’, ada tiga tipe kuburan
atau liang dalam bahasa Toraja, antara lain ditempatkan di gua dan
tebing, lalu diukirlah kayu menjadi erong, dan yang paling baru adalah
patane (kuburan modern).
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat