Rumah Adat Dayak(Lamin)
AGUS SISWANTO
Pulau Kumala terletak di tengah sungai Mahakam. Merupakan taman rekreasi perpaduan teknologi modern dan budaya tradisional. Pulau seluas 81,727 ha ini sudah dilengkapi beberapa fasilitas seperti sky tower setinggi 100 meter dan kereta gantung yang menghubungkan dengan wilayah seberang sungai Mahakam. Pulau Kumala juga dilengkapi hotel dan cottage.
Sebelum dibangun menjadi taman wisata, pulau itu
hanyalah sebuah hutan di tengah sungai yang ditumbuhi tanaman liar,
pepohonan lebat dan binatang-binatang liar. Apabila sungai Mahakam
meluap, pulau ini kerap tenggelam.
Hal yang mendasari ide pembuatan Pulau Kumala tersebut antara lain, terjadinya
pendangkalan muara sungai Tenggarong dan harus dikeruk agar kapal yang
melewati sungai Mahakam tidak kandas. Hasil kerukan tersebutlah yang
dijadikan material utama penimbunan Pulau Kumala yang berawa akibat
naiknya permukaan air.
Pembangunan Pulau Kumala itu sendiri ditangani kontraktor lokal dengan konsultan dari Jakarta. Pembangunannya diawali dengan pengerukan yang menggunakan material pasir sebanyak 1.5 juta meter kubik.
Langkah
berikutnya adalah pemasangan turap pada sekeliling tepian Pulau Kumala.
Sehingga luas areal Pulau Kumala yang semula 76 ha, setelah penurapan
menjadi 81,727 ha. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan jalan dan
pemasangan listrik.
Pulau
Kumala dibuka pada bulan September 2002, bersamaan pesta perayaan Erau.
Selanjutnya dibangun pula kereta gantung, lamin mancong (rumah panjang:
rumah adat Dayak), lamin wahau, lamin beyoq, air mancur, sky tower,
rumah puja, patung lembusuana, hotel serta gerbang utama. Untuk memasuki
area taman rekreasi, pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp 2.000 untuk
sekali masuk, sementara untuk menikmati wahana yang berada di taman
rekreasi ini tarifnya bervariasi antara Rp 1.500 s/d Rp 10.000 untuk
satu permainan. Ada sekitar sepuluh sarana permainan yang bisa dinikmati, seperti jet clotser, bombom car, komedi putar dan gocart.
Sekitar
bulan Juli tahun 2007 lalu, Misteri berkunjung ke Pulau Kumala. Sambil
menikmati keindahannya, tidak lupa Misteri mencari tahu jejak mistis
pulau buatan ini.
Seorang
pekerja proyek yang Misteri jumpai mengungkapkan, dirinya pernah
melihat penampakan di sekitar cottage. Menurutnya, penampakan makhluk
besar sejenis genderuwo sering terlihat di sana.
“Saya melihat makhluk tinggi besar dan hitam di dekat cottage,” katanya kepada Misteri.
Lebih
jauh dia mengatakan, malam itu dia bermaksud ke cottage menemui
temannya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat sosok tinggi
besar berada diantara kerimbunan pohon. Karuan saja dia lari tunggang
langgang.
“Makhluk genderuwo itu bukan saya saja yang pernah melihatnya. Pengunjung juga sering melihatnya,” lanjutnya.
Sementara seorang pekerja proyek lainnya mengaku melihat sosok perempuan cantik di turap tidak jauh dari gerbang masuk.
“Perempuan
itu duduk sendirian di turap,” ujarnya mengenang. “Saya menduga dia
pengunjung pulau ini. Ketika saya mendekatinya, ternyata malah
menghilang,” katanya lagi.
Dalam
kunjungan ke Pulau Kumala ini, Misteri ditemani seorang rekan yang
dipanggil Julag. Dia adalah koordinator perahu ketinting (perahu motor
kecil) yang biasa digunakan untuk membawa wisatawan ke Pulau Kumala.
Julag mengaku sering mendengar cerita-cerita mistik.
“Maklumlah,
jauh sebelum adanya tempat wisata ini, Pulau Kumala memang menjadi
hunian gaib,” ujarnya kepada Misteri. Menurut Julag, beberapa tahun lalu
ada seseorang mengalami peristiwa yang tergolong aneh di sini.
Dikisahkan,
pria bernama Amir itu biasa berkebun di Pulau Kumala. Suatu hari,
ketika sedang sibuk mengurusi kebunnya, tiba-tiba Amir melihat sebuah
goa. Sebelumnya, dia tidak pernah menjumpai goa di pulau ini.
Dengan
perasaan heran bercampur takut, Amir pun memasuki goa tersebut.
Sesampainya di dalam goa, entah kenapa, dia merasa seolah-olah berada di
dalam kabin kapal. Di dalamnya terdapat lorong, palka, ruang mesin dan
kamar-kamar. Dalam keremangan cahaya, Amir terus saja melangkah diantara
lorong dan kamar-kamar tersebut. Beberapa saat kemudian, dia terkejut
mendengar suara-suara orang berbicara di salah satu sudut kamar.
Bahasanya terdengar asing.
Kemudian Amir memberanikan diri mengetuk pintu kamar tersebut. Tetapi tidak ada jawaban. Dia pun mencoba membukanya.
Amir
tersentak kaget melihat sosok yang ada di dalamnya. Tampak 3-4 orang
pria berwajah bule mengenakan pakaian mirip seragam sedang berbincang di
kamar itu. Mereka lalu menatap Amir dengan tatapan hampa. Tiba-tiba,
salah seorang diantara pria itu menyapa Amir.
“Mari sini. Silahkan masuk,” kata pria asing itu dengan suara lembut sambil melambaikan tangan.
Amir
menghampiri dan duduk diantara mereka. Selanjutnya, 3 atau 4 orang itu
kembali berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti. Sementara Amir
hanya diam saja sambil memperhatikan. Dalam penglihatan
Amir, wajah dan postur orang-orang itu mirip orang asing, mungkin Eropa.
Tetapi mengapa mereka ada di sini? Pikir Amir.
Anehnya
lagi, mereka seolah tidak peduli dengan kehadiran Amir. Manusia-manusia
tak dikenal itu membiarkan saja dirinya diam terpaku.
Entah
berapa lama Amir berada diantara mereka, tiba-tiba saja matanya terasa
berat. Dia pun tertidur. Amir baru terbangun karena ada temannya yang
membangunkan.
“Ternyata
Amir terbaring tidur di dekat kebunnya. Tapi temannya itu tidak curiga
sedikitpun,” kata Julag mengakhiri ceritanya. Menurut Julag, saat Amir
menceritakan pengalamannya di goa tadi, nyaris tidak ada yang percaya.
Padahal Amir merasa yakin berada di dalam sebuah kapal asing. Bahkan dia
bisa menceritakan secara detail isi kapal tersebut. Mungkinkah itu
kapal yang pernah tenggelam beberapa ratus tahun lalu?
Begitu
lamanya kapal itu tenggelam, hingga tertutup tanah yang berasal dari
hulu sungai Mahakam. Ratusan tahun kemudian, karena berada dekat muara,
kapal karam itu tentulah tertutup tanah yang kemudian membentuk menjadi
Pulau Kumala
Kisah tersebut tentu saja sulit dibuktikan kebenarannya. Tapi begitulah cerita yang Misteri dapatkan.
Insiden Tenggarong
Sejarah
mencatat adanya peperangan antara Kesultanan Kutai Kartanegara melawan
kaum penjajah (Inggris dan Belanda). Dikisahkan, pada tahun 1844, 2 buah
kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki
perairan Tenggarong. Murray
datang ke Kutai untuk berdagang dan meminta sebidang tanah guna
mendirikan pos dagang serta hak transportasi kapal di perairan Mahakam.
Tetapi Raja Kutai, Sultan A.M. Salehuddin, mengizinkan Murray berdagang hanya di wilayah Samarinda.
Murray kecewa dan marah dengan tawaran Sultan. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray
melepaskan tembakan meriam ke arah istana. Tindakan ini dibalas pasukan
Kesultanan Kutai. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Armada pimpinan Murray
akhirnya kalah dan melarikan diri menuju laut. Sebuah kapal berhasil
ditenggelamkan. Dalam pertempuran itu, James Erskine Murray terbunuh.
Insiden
di Tenggarong ini sampai ke pihak Pemerintah Inggris. Sebenarnya
Inggris hendak melakukan serangan balasan, namun ditanggapi pihak
Belanda yang menganggap Kutai bagian dari wilayah jajahannya. Belanda
berniat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri.
Kemudian
Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando De Hooft dengan membawa
persenjataan lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada De Hooft langsung
menyerang istana Sultan Kutai.
Sultan
A.M. Salehuddin pun diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang
Kesultanan Kutai, Awang Long gelar Pangeran Senopati bersama pasukannya
dengan gagah berani bertempur melawan armada De Hooft untuk
mempertahankan kehormatan Kesultanan. Tetapi Awang Long gugur dalam
pertempuran tersebut dan Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah.
Pada
tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin dengan sangat terpaksa
menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan Sultan mengakui
pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah jajahan di Kalimantan. Ketika itu diwakili seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
Gerbang masuk Pulau Kumala
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat