Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Thursday, May 3, 2012

"Empu"

Arum Tresnaningtyas Dayuputri

Seorang menjadi empu bila ia mencapai taraf tertinggi dalam kemampuannya di sebuah bidang. Ia bagaikan cahaya bagi orang lain. Memberikan arah, tuntunan, teladan, serta inspirasi bagi mereka yang mengikuti jejaknya. Kebesarannya bukan karena dipujikan, bukan karena keadaan sekitarnya yang membuat ia menonjol, bukan juga karena rekayasa dan manipulasi, melainkan karena ia memang besar.
Kebesaran seorang empu tidak bisa diukur dengan angka. Tidak untuk ditakar dengan penjumlahan. Akan tetapi, dari pengaruh, dampak, kemanfaatan keberadaannya bagi lingkungan serta mereka yang disentuhnya dengan langsung ataupun tak langsung. Dari akibat-akibat kehadirannya yang menyebabkan terjadi perubahan, perkembangan bahkan mungkin saja pembalikkan bahkan penyimpangan pada nilai-nilai untuk mencapai tingkat yang lebih. Kebesaran seorang empu menciptakan nilai dan harmoni baru.
Oleh kebesarannya sekitarnya menjadi subur. Bertabur ion-ion segar yang mendaur ulang pikir rasa sehingga merangsang semangat bekerja dan mencipta. Empu adalah pupuk, perangsang, membuat kehidupan bergerak menemukan jawaban-jawaban yang selaras dengan tuntutan dan tantangan zaman. Seorang empu menjadi tiang utama dalam bidangnya.
Tetapi, empu adalah juga manusia biasa. Ia tidak bisa bebas dari apa yang menjadi kebutuhan manusia lain. Kebesarannya tak selalu diikuti dengan bonus yang pantas untuk semua jerih payah, perjuangan, pengorbanan, dan pengabdiannya. Sering kali ia tak mendapatkan apa yang seharusnya ia terima. Karena suntuk pada aktivitas-aktivitasnya yang khusus, ia abai mengurus hidupnya sendiri. Pada saat orang menikmati hari tua, banyak empu yang tak berdaya. Ia terpaksa harus membayar kebesarannya dengan ketidaksejahteraan.
Tak sedikit empu lumpuh pada usia senja. Raga keropos walau semangatnya mungkin masih berkobar. Atau jiwanya mulai lelah karena seperti kepalanya selalu keseruduk bukit batu yang bebal. Beban yang dipikulnya berlebihan. Ia sudah alpa mempersiapkan keamanan dan kenyamanan akhir hidupnya karena pengabdiannya pada kerja. Memang semua kebesarannya itu bermanfaat bagi banyak orang, bahkan juga negara, tetapi sering terhadap dirinya sendiri tidak. Dalam keadaan tak berdaya, banyak di antara empu yang kemudian diamdiam gugur, menghilang lalu terhapus bahkan sejarah lupa mencatatnya.
Sekali-sekali negara terkesima, mendusin oleh kilat cahaya, lantas teringat pada asetnya yang harus dipelihara. Bukan hanya minyak, gas bumi dan kekayaan alam lain yang bisa diukur dengan angka saja, yang harus dijaga, tetapi juga macan-macan tua yang sudah ompong. Lalu dibuat panitia resmi untuk memberikan santunan kesejahteraan kepada para empu. Meskipun sangat kecil, perhatian itu lumayan. Tapi baru lewat setengah tahun, santunan surut lalu menghilang. Banyak penyebabnya. Berjubel persoalan genting mendera. Syahdan, bantuan itu tak pernah jelas, memang dihentikan atau berbelok ke bakul lain yang rakus.
Para empu mungkin tidak peduli karena kebahagiaan batinnya sudah terpenuhi. Kehadiran karyanya yang berarti, sudah ia anggap cukup. Nyala di mata mereka yang memandangnya dengan kagum dan hormat adalah segala-galanya. Bukan materi yang menjadi tujuannya, melainkan arti. Bukan kenyamanan sendiri yang diburunya, tetapi kecukupan rasa orang banyak. Baginya mengabdi adalah haknya. Ia tak peduli jadi pecundang karena sudah menerima dirinya sebagai korban. Hidupnya adalah darma pada masyarakat dan kehidupan.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat