Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Thursday, May 3, 2012

"Keberagaman Kontra Keberbedaan"

Di awal tahun 60-an, ada kejadian penting di Bali yang tak dirayakan. Sebuah peristiwa yang mungkin akan memerlukan waktu yang panjang sekali untuk berulang. Hari Raya Nyepi, yang merupakan tahun baru Caka Bali, jatuh bersamaan dalam satu hari dengan Hari Raya Idul Fitri.
Nyepi yang berarti mati geni (tidak boleh menyalakan api, beremosi, harus mawas diri dan berkontemplasi) mengharuskan orang Bali senyap. Tidak satu pun orang boleh berkendaraan. Jalanan lengang. Tak ada yang boleh bekerja. Lampu listrik padam, bahkan malam hari Rumah Sakit pun diatur sedemikian rupa sehingga gelap. Tapi hal itu sama sekali tidak memberi batas umat muslim yang hampir ada di setiap kota di Bali merayakan kegembiraan dan kemenangannya di bulan Ramadan setelah berpuasa selama satu bulan. Dua hal yang berbeda itu, berlangsung berbareng dalam satu hari, tanpa mengurangi salah satunya. Aman dan damai.
Peristiwa itu menjadi penting, ketika sesudah reformasi muncul banyak bentrokan yang konon bersumber perbedaan agama di Indonesia. Ambon, Poso dan yang terakhir di Bekasi, Jakarta, misalnya. Ada tindakan kekerasan yang mengakibatkan perusakan keamanan di wilayah yang harus dibayar dengan korban jiwa. Apakah kemerdekaan yang semula diperjuangkan dengan cara meredam perbedaan agar dapat menjadi satu persatuan yang kuat dalam melepaskan diri dari sekapan kolonial, telah memicu perselisihan? Apakah kemerdekaan (khususnya sesudah reformasi) membuat orang membablaskan kepentingan pribadinya, tak peduli mengganggu kepentingan (kemerdekaan) warga lain?
Dalam kearifan lokal Bali ada yang disebut rwa bhineda. Dua hal berbeda yang selalu ada pada segala sesuatu.Masyarakat dibelajarkan sejak awal untuk menerima adanya yang berbeda dalam segala sesuatu. Kearifan ini adalah semacam pembelajaran untuk melihat perbedaan itu sebagai keragaman. Keragaman hanya masalah variasi nuansa. Dengan merujuk pada falsafah negara Pancasila yang oleh Bung Karno, pencetusnya, bisa dikristalisasikan menjadi eka sila yakni: gotong royong, hidup dalam keragaman bukanlah cacat tetapi justru kekuatan.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat