Wayang beber nyaris tinggal kenangan. Beruntung masih ada
sejumlah anak muda yang peduli dan mencoba melestarikannya. Mereka
tergabung dalam satu wadah bernama Komunitas Wayang Beber Metropolitan.
Mungkin sebagian dari Anda bertanya-tanya apa itu wayang beber?
Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa Kerajaan
Majapahit. Dinamakan beber, karena cerita yang disampaikan dilakukan
dengan cara dibeber, bentuknya lembaran-lembaran berupa gulungan lukisan
wayang. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain
atau kertas, disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan
cerita dengan cara dibeberkan.
Beberapa waktu lalu, tepatnya 21-29 Maret 2012, di Bentara Budaya
Jakarta, Komunitas Wayang Beber Metropolitan menggelar pameran wayang
beber bertajuk Dolanan Wayang Beber. Mereka mencoba memunculkan fenomena
metropolitan dalam bentuk wayang beber.
Karya-karya yang ditampilkan berupa pertunjukan wayang beber dengan
tetap mempertahankan fungsi wayang beber. Tema-tema dan bentuk visualnya
pun sesuai dengan perkembangan masa kini. Adapun pamerannya lebih
menampilkan wayang beber bentuk lawasan hingga kontemporer, dengan
mengangkat isuisu atau fenomena sosial yang tengah berkecamuk di
masyarakat. Saat penutupan acara, mereka mementaskan wayang beber
kontemporer berjudul “Kabut Hitam di Desa Temu Kerep”.
Menurut Adi Prasetya (39), ketua sekaligus salah seorang pelopor
pendiri Komunitas Wayang Beber Metropolitan, seperti terjadi satu
pengulangan—ibaratnya spirit ribuan tahun yang lalu terulang kembali di
Jakarta. Wayang beber ini biasanya diminta pentas hanya saatsaat
tertentu. “Ini bisa dihitung dengan jari dan baru kemarin Jakarta
mementaskan wayang beber sepanjang Jakarta ini lahir,” ujar pria yang
lebih akrab disapa Mas Sam tersebut. Sebetulnya, kata Adi, wayang beber
bisa dirunut benang merahnya dalam mempersatukan Nusantara, meski dengan
tafsir lokal atas Cerita Panji yang berbeda.
Dinda Intan Pramesti Putri (25), Manajer Wayang Beber Metropolitan,
menambahkan, Cerita Panji diambil dari banyak cerita, ada yang
menyebutkan zaman Kerajaan Jenggala, ada juga zaman Brawijaya saat
memerintah di Majapahit. Akan tetapi, intinya itu dari Raja Jawa. Jadi
zaman Darmawangsa atau Si Panji ini yang akhirnya ceritanya menyebar ke
seluruh Nusantara dalam ceritacerita lain dengan tafsir setiap daerah.
“Sekarang sulit untuk mendapatkan selembar wayang beber. Memang masih
ada di beberapa kalangan masyarakat, seperti daerah Pacitan, Jawa Timur
dan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul (DI
Yogyakarta,” ujar Intan
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat