Lagu pop “Benci Tapi Rindu”, yang dinyanyikan oleh Diana Nasution,
sangat populer pada tahun 70-an. Ekspresi cinta romantis, emosional,
lantang itu, pernah juga dinyanyikan oleh pelawak bernama Darto Helm.
Bukan hanya sekedar penghibur diriku ini, sayang.
Bukan pula sekedar pelepas rindumu o sayang.
Sakit hatiku uu…, kau buat begitu.
Bukan pula sekedar pelepas rindumu o sayang.
Sakit hatiku uu…, kau buat begitu.
Kau datang dan pergi sesuka hatimu.
O… kejamnya dikau, teganya dikau padaku.
Kau pergi dan datang sesuka hatimu.
O… sakitnya hati bencinya hati padamu.
O… kejamnya dikau, teganya dikau padaku.
Kau pergi dan datang sesuka hatimu.
O… sakitnya hati bencinya hati padamu.
Sakitnya hati ini, namun aku rindu.
Bencinya hati ini, tapi aku rindu.
Bencinya hati ini, tapi aku rindu.
Paradoks yang berat, alot di mata filsafat, ternyata diangkat mudah
oleh lagu pop. Mengalir dengan enteng, ringan, gesit, dan menghibur.
Sama dengan cerita telur Columbus. Sementara para pemikir pusing
memikirkan bagaimana caranya menegakkan telur, Columbus dengan tanpa
beban meremukkan ujung telor itu hingga bisa tegak. Tentu saja sesudah
itu orang lain bisa menirunya karena sangat mudah. Tapi sebelumnya, tak
pernah terpikir.
Dalam sebuah cerita Wild West, ada bayi jatuh ke tangan suku Indian.
Anak itu kemudian tumbuh menjadi pejuang Indian. Dia mengalami
kehidupan mengerikan yang bersimbah darah. Ketika ia tertangkap dan
hidup kembali di masyarakat kulit putih, pada hari tuanya, ia diminta
mengungkap pengalamannya yang luar biasa itu. Tetapi, lelaki itu hanya
berkata: “Aku hidup beberapa lama di masyarakat Indian dan sekarang aku
kembali hidup di masyarakat biasa.”
Pada sebuah kejadian, selalu ada sudut bidik lain yang memungkinkan
sesuatu itu diartikan bertentangan dengan nilai sebelumnya. Menghadapi
sesuatu yang paradoksal, yang kemudian penting, bukan saja kenyataan
yang paradoks itu, tetapi apa yang menyebabkan nilai bisa berakrobat
begitu rupa.
Adalah anak dari keluarga miskin merengek minta dibelikan motor,
tetapi ditolak orangtuanya karena ekonomi keluarga tidak memungkinkan.
Baru setelah 5 tahun menabung, orangtuanya berhasil memenuhi hasrat
anaknya. Pada hari ulang tahunnya, anak itu dihadiahi motor yang
dimimpikannya. Anak itu senang sekali. Tapi, hanya dua jam kemudian dia
pulang melaporkan motornya ringsek ditabrak truk.
Bapaknya marah dan mencak-mencak. “Bego! Puluhan juta yang aku
tabung 5 tahun lenyap hanya dalam 2 jam?” Tapi, istrinya berkata lain,
”Pak, biar motornya hancur, tapi syukur alhamdulillah anak kita, kan,
tidak apa-apa!”
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat