Pada 21 Agustus 1995, Ganesha Society disahkan menjadi
Indonesian Heritage Society (IHS), dalam bentuk yayasan yang dikelola
oleh dewan pengurus tanpa honor. Tujuan utamanya, membantu
lembaga-lembaga budaya Indonesia serta meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, apresiasi budaya, dan warisan Indonesia.
Hawa malam sudah dingin, ditambah lagi Jakarta diguyur hujan. Namun,
Erasmus Huis, pusat kebudayaan Belanda di Jakarta, pada 8 November 2011
itu tidak juga sepi. Pengunjung tetap berdatangan, sendiri maupun dengan
pasangan. Menggenggam gelas berkaki anggur putih, menyapa rekan
lainnya, mereka menghangatkan suasana malam itu.
Malam itu mereka datang khusus untuk mendengarkan dua jam pemaparan
Dinny Jusuf, pegiat Tenun Sa’dan Toraja Utara, tentang tekstil dan
tradisi masyarakat Tana Toraja. Pengunjung, yang kebanyakan berasal dari
Eropa, Amerika, Australia, sangat antusias. Hal itu tampak dari
pertanyaan yang mereka ajukan seputar akses yang dapat ditempuh menuju
Tana Toraja.
Itulah salah satu kegiatan IHS, sebuah organisasi nirlaba yang punya
visi utama menggali kekayaan seni, sejarah, dan budaya tradisi
Indonesia.
Pertemuan yang berlangsung di Erasmus Huis itu adalah salah satu
kegiatan yang rutin dilakukan setiap Selasa selama Oktober-November dan
Januari- Februari. Kelas yang dikenal dengan evening lectures—yang pada 8
November 2011 merupakan penutup Evening Lectures 2011—itu mengkaji
keanekaragaman budaya tradisi dan budaya kontemporer Indonesia dengan
fokus pada pemaparan seni, etnografi, agama, budaya, sejarah, dan
pengetahuan alam. Pengantar dalam pertemuan itu menggunakan bahasa
Inggis karena pengunjungnya kebanyakan ekspatriat.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat