Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Saturday, September 17, 2011

Sejarah Jalaluddin Rumi


Jalaluddin Rumi, penyair mistik terbesar Persia, dilahirkan tahun 1207 di Balkh, sebuah kota provinsi Khurasan, Persia Utara. Pada saat itu kota ini berkembang dengan baik di bawah kekuasaan Muhammad, Shah terbesar dari dinasti Khawarizmi yang kekuasaannya sebagaimana digambarkan oleh E.G.Browe,"meliputi Pegunungan Ural di sebelah utara sampai ke Teluk Persiadi sebelah selatan, dan dari Sungai Indus di sebelah timur sampai dengan sungai Efrat di sebelah Barat." Keluarga dari mana penyair ini berasal setelah menetap di Balkh selama beberapa generasi, keluarga ini sangat terhormat serta, menurut para penulis biografinya, memperlihatkan rangkaian tokoh yang berhasil di bidang hukum dan keagamaan. Sepanjang yang dapat diketahui dengan pasti, sejarahnya di mulai dari kakeknya yang terkenal, yang dinyatakan sebagai keturunan dari Arab1 dan berakhir pada Abu Bakar, khalifah pertama dalam masyarakat Islam.

Sekalipun biografi Rumi model timur, sebagaimana halnya dengan kehidupan orang suci Persia lainnya, sebagian besar merupakan legenda, sementara karya-karyanya sendiri tidak menyumbangkan apapun yang berkenaan dengan fakta-fakta historis. Tetapi kita masih beruntung memiliki beberapa sumber informasi yang tua, yang relatif dapat dipercaya kebenarannya2. Sketsa berikut, berdasarkan bahan-bahan utama yang ada, secara singkat memberikan garis besar kehidupan Rumi dan melukiskan beberapa kejadian yang menjadi sumber antusiasme mistis serta inspirasi puitisnya.

Pada tahun 1219, ketika Jalaluddin Rumi berusia 12 tahun, ayahnya, Bahauddin Walad, secara tiba-tiba bersama keluarganya meninggalkan Balkh dan melakukan perjalanan menuju barat. Alasan yang dinyatakan orang (secara positif tetapi tanpa bukti) mengenai kepindahan ini, sebagai akibat dari inspirasi Ilahi maupun intrik manusiawi, tentu saja fiktif. Tidak dapat diragukan lagi bahwa Bahauddin, seperti ribuan orang lainny, melarikan diri sebelum datangnya gerombolan Mongol yang sangat mengerikan , yang tengah membumi hanguskan Khurasan dan sudah mendekati kota asalnya. Berita tentang penjarahan ini sampai di tempat-tempat yang asing dalam perjalanan mereka menuju Baghdad atau tempat lain di Baghdad ke Mekkah, saat mereka menuju ke Damaskus dan akhirnya menetap di Rum (Turki).

Rumah mereka yang pertama adalah Zarandah, kira-kira 40 mil sebelah tenggara Konya, dan di situ Jalaluddin Rumi menikah. Pada tahun 1226 lahirlah anaknya yang tertua, Sultan Walad. Kemudian Bahauddin beserta keluarganya pindah ke Konya yang merupakan ibokota kerajaan Bani Saljuk Barat, dan disanalah dia wafat pada tahun 1230. Dikisahkan bahwa dia telah menjadi seorang teolog yang terkenal, seorang guru dan khatib besar yang dimulikan oleh para muridnya dan sangat dihormati oleh pihak kerajaan karena bertindak sebagai penuntun spiritualnya. Sekitar waktu inilah Burhanuddin Muhaqqiq at Tirmizi seorang petani murid Burhanuddin ketika masih tingal di Balkh tiba di Konya. Di bawah pengaruhnya dikatakan bahwa, Jalaluddin yang sekarang berusia 25 tahun menjadi sangat bergairah kepada disiplin dan ajaran-ajaran para Sufi (orang-orang lelaki atau perempuan yang berusaha menyatukan diri mereka dengan Tuhan). Selama 10 tahun berikutnya ia mencurahkan diri untuk meniru Pir-nya dan mengalami seleruh maqam kehidupan Tasawuf, sehingga karena Burhanuddin wafat pada tahun 1420, maka dia memanku jabatan Syeikh, sehingga dengan demikian mulailah, sekalipun tidak di rencanakan terlebih dahulu langkah untuk menciptakan persaudaraan antar murid. Pribadi Rumi memang sangat menarik dan jumlah muridnya terus bertambah.

Sisa hidupnya, sebagaimana yang digambarkan oleh anaknya sendiri, terbagi menjadi 3 masa, yang setiap masanya ditandai keintiman mistis untuk mencapai tingkat "Manusia Sempurna",yaitu seorang dari orang-orang suci yang mencerminkan sifat-sifat Ilahi, sehingga pencinta itu melihat dirinya sendiri dengan cahaya Tuhan, dirinya dengan kekasihnya bukanlah dua melainkan satu. Pengalaman seperti ini terbentang dalam setiap inti Teosofi Rumi, yang secara langsung maupun tidak langsung mengilhami seluruh puisinya. Dalam syair naratif anaknya, yang adalah juga seorang sufi hal itu secara hati-hati digunakan untuk mencapai maksud yang luas karena unsur alegori. Sekalipun demikian serta merta ia akan menolak seluruh sejarah sebagai fiksi orang alim, mengingat bahwa pada saat ia di tulis toh ada juga saksi hidup yang dapat mengatakan apakah itu fakta atau bukan, sebagaimana yang telah mereka saksikan sendiri.

Pada tahun 1244 seorang sufi pengembara, yang diketahui keturunannya dengan Syamsuddin at-Tabrizi datang ke Konya. Dalam diri orang asing inilah Jalaluddin menemukan menemukan bayangan sempurna dari kekasih Tuhan yang telah lama di cari-carinya. Rumi membawanya ke rumah dan untuk satu dua tahun lamanya mereka tinggal bersama, tidak dapat dipisahkan. Sultan Walad menampakkan persahabatan suci yang mengasyikkan antara ayah dengan " orang suci yang tersembunyi" ini dengan perjalanan Nabi Musa yang terkenal dalam persahabatannya dengan Nabi Khidir (Al-Quran,xviii, 64-80), orang bijak yang oleh para sufi dipandang sebagai penerang (hierophant) utama dan penunjuk jalan menuju Tuhan. Sementara itu, para murid Maulevi (Mevlevi)3 Rumi dihentikan pengajarannya dan di stop dialog mereka dengan sang guru. Mereka marah sekali atas kesetiaan sang guru yang terus berlangsung hanya kepada Syamsuddin yang lalu menyerang "pengacau" itu dengan perlakuan kejam dan ancaman yang keras. Akhirnya Syamsuddin pergi ke Damaskus, namun di bawa kembali atas keberhasilan Sultan Walad yang diutus mencarinya oleh Jalaluddin yang sangat terganggu oleh hilangnya sahabat yang paling akrab. Karena itu para muridnya "menyatakan penyesalan" dan di maafkan. Tak lama kemudian, bagaimanapun juga kecemburuan mereka mulai mengusik lagi yang menyebabkan Syamsuddin mencari perlindungan ke Damaskus untuk kedua kalinya dan kembali lagi Sultan Walad mengundang untuk memulihkan keadaan. Akhirnya, mungkin pada tahun 1247, orang aneh itu menghilang tanpa meniggalkan jejak.

Sultan Walad menggambarkan secara hidup kegairahan dan meluap-luapnya emosi yang membanjiri ayahnya pada saat itu.

"Tidak pernah sejenakpun dia berhenti mendengarkan musik (sama'), dan menari ;
Tidak pernah dia melepaskan lelah baik siang maupun malam.
Telah menjadi seorang mufti: dia menjadi penyair;
Telah menjadi seorang pertapa: ia menjadi mabuk oleh cinta.
Bukanlah anggur biasa: jiwa yang terang hanya meneguk anggur cahaya".

Di sini Sultan Walad menyinggung Diwan-i Syamsi-i Tabriz (Lirik-lirik Syamsuddin at-Tabrizi), kumpulan ode mistik yang di gubah oleh Jalaluddin atas nama Syamsuddin dan dipersembahkan untuk mengenang sahabat karibnya yang telah tiada. Baris pertama tidak menegaskan, kecuali mungkin hanya memberikan kesan mengenai ucapan para ahli yang menyatakan bahwa kesedihan atas hilangnya Syamsuddin at-Tabrizi menyebabkan Jalaluddin melembagakan tarian religius Mevlevi yang khas dengan iringan syahdu seruling bambu.

Masa selanjuntya (sekitar 1252-1261) kehidupan Ruhani Jalaluddin bagai seorang yang pingsan berkali-kali samapi akhir hayatnya. Untuk beberapa tahun setelah hilangnya Syamsuddin, ia mencurahkan semuanya kepada Shalahuddin Faridun Zarkub, yang sebagai pengganti (khalifah)-nya telah memberikan petunjuk-petunjuk untuk tugas sebagai pelatih bagi para pembantu dalam upacara Tarekat Mevlevi.

Atas kematian Shalahuddin (sekitar 1261) gairah puitisnya menemukan sumber inspirasi yang baru dan melimpah pada murid lainnya, Husamuddin Hasan ibn Muhammad ibn Hasan ibn Akhi turk, seorang yang namanya secara mistis dihubungkan dengan karya terbesarnya Masnawi (syair epik) yang terkenal. Ia menyebut Masnawi sebagai "buku Husam" dan menyamakan dirinya seperti sebuah seruling di atas kedua bibir Husamuddin yang terus mengalirkan "musik lengkingan yang ia ciptakan". Selama 10 tahun terakhir dari kehidupan sang penyair, pengikut yang disayanginya ini bertindak sebagai Khalifah-nya, sampai Rumi wafat tahun 1273, yang kemudian menggantikannya sebagai pimpinan Tarekat Mevlevi, sebuah martabat yang dipegangnya hingga 1284. Baru setelah itu Sultan Walad menggantikan kedudukannya.

Dari tangan pertama inilah cerita tentang kehidupan Rumi disampaikan dalam bentuk syair oleh anaknya dan para penulis biografinya menambah sedikit cerita yang dapat dipertimbangkan, baik bagi perlunya maupun validitasnya. Dari Aflaki serta lainnya kitamendengar bahwa Rumi adalah penunjuk, pemikir dan teman yang tidak hanya bagi menteri Mu'inuddin, Parwanah (Gubernur) Rum, tetapi juga bagi tuan rajanya sendiri, Sultan Ala 'uddin. Bagaimanapun hal ini menunjukkan bahwa ia beserta kelompok orang-orang sufi memperoleh bantuan serta posisi untuk tetap bertahan menghadapi serangan atas ajaran mereka. Penyair ini mengambil sikap yang tegas sesuai dengan kritik-kritik ortodoksnya. Ia menyebut mereka sebagai "orang-orang tolol" dan "anjing-anjing kampung yang menyalak di tengah malam".

Tipe Platonis tentang cinta mistis talah diusahakan oleh para Sufi jauh sebelum sajak Jalaluddin Rumi menyatakan bahwa dirinya dan Syamsuddin Tabriz adalah "dua tubuh dengan satu jiwa". Dalam persatuan jiwa-jiwa yang saling mencintai ini seluruh perbedaan menjadi hilang, tiada yang tinggal kecuali hanya kesatuan essensial cinta, dimana "pencinta" dan "kekasih" telah menggabungkan identitas keterpisahannya. Dalam sebuah lirik-lirik Diwan-i Syams-i Tabriz, Rumi tentu saja mempergunakan nama Syams sepertinya Syamsuddin dan dirinya telah mejnadi identik dengan satu orang. Meskipun bagi kita figur Syamsuddin mungkin tampak tidak substansial, namun kita tidak dapat menerima (menyetujui) pandangan beberapa sarjana modern yang mengatakan bahwa Syamsuddin tidak lebih sebagai personifikasi dari kecakapan puitis dan mistis Jalaluddin sebagai suatu padanan kata bahasa timur dari "Muse". Mereka yang menyetujui teori ini secara logis harus memperluasnya sehingga termasuk juga Shalahuddin dan Husamuddin serta hampir tidak dapat terhindari implikasi bahwa Sultan Walad telah menciptakan tiga karakter imaginer untuk memainkan peranan utama dalam kehidupan ayahnya serta dalam membangun Tarekat Mevlevi. Orang-orang barat yang mempelajari Diwan dan Masnawi akan menarik kembali suatu garis paralel batas-batas itu dengan cara lain. Tidakkah Dante mengubah roman Donna Gentil yang merupakan obyek dari keinginan romantisnya ke kebijaksanaan langit dan keagunggannya di bawah nama Beatrice?

1. Nama kakek Jalaluddin Rumi adalah Jalaluddin Husain al-Khatib.
2. Materi yang sangat penting mengenai biografi Rumi adalah Ibtida-namah (Buku Pendahuluan), sebuah syair naratif panjang yang disusun oleh anak Rumi sendiri, Sultan Walad. Informasi yang berharga terkandung juga dalam Manaqib al 'Arifin (Kebajikan orang-orang 'Arif)-nya Aflaki, murid dari cucu lelaki sang penyair Chelebi 'Arif, yang oleh C.Huart diterjemahkan sebagai Les Saints des derviches Tourneurs (Paris 1918-1922). Lagipula, juga ada beberapa buku seperti Fihi ma Fihi ( Di dalamnya apa yang ada di dalamnya) diterbitkan di Teheran dan Azam garh,1928. Dan Maqalat-i Syams-i Tabriz (Wejangan-wejangan Syamsuddin at-Tabrizi) yang sekalipun hanya sedikit memberi keterangantentang kehidupannya, jelas menerangkan gagasan-gagasan serta ajaran-ajaran sang penyair. Di zaman modern sarjana Persia Badi' az-Zaman Furuzanfar telah menulis studi kritis yang sangat berharga tentang kehidupan Rumi, Syarh-i hal-i Maulana (Biografi Tuan Kami), Teheran,1932. Dan Dr. H.Ritter yang telah menyumbangkan sebuah resensi biobibliografi semua tokoh (di Der Islam,1940-1942) yang sama bagusnya dengan yang diperlukan oleh orang-orang yang berkepentingan dalam bidang penelitian ini.
3. Gelar untuk para pengikut Rumi, diantara mereka disebut sebagai Maulana (Tuan Kami). Mevlevi adalah lafaz (bahasa) Turki untuk Maulawi.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat