Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Sunday, June 4, 2017

#Tangis Ibu di Kamar Jenazah#

#Tangis Ibu di Kamar Jenazah#

Aroma Danur terbayang membekas dalam ingatanku dengan harum khas berselera, warnanya hijau dengan gel yang tidak terlalu terang tapi basah. Malam ini nampaknya se sunyi malam itu, karena hanya aku dan kereta-kereta usang yang bercerita.
        Dari situ aku melangkah menuju lorong panjang tanpa berkata. Satu ruangan, dua ruangan, tiga ruangan dan masih ada satu ruangan lagi yang tersisa. ‎
Di tengah lorong nampak satu kereta dengan kain penutup biasa, sementara orang-orang sibuk di luar gedung, sembari menunggu kedatangan tamu yang diundang.
         ‎Suara berlari, jelas terdengar dari belakangku sembari mendekati kereta yang berada persis di samping dinding putih. Nampak seorang ibu setengah baya, menggunakan daster lusuh, tanpa ragu mendatangi lokasi itu.
         Dia mendekat, dan menyesali nasibnyasetelah membuka kain penutup di atas kereta. Wanita itu jatuh lemas lalu menyadarkan kepala ke besi pendorong. Dia mulai meringis, menangis sembari sesekali membenturkan kepala ke keranda besi. Ternyata yang di atas itu anak satu-satunya.
       Wanita itu tersimpuh, sesekali kembali memberanikan diri menyingkap tabir penutup‎ kereta, lalu dia terjatuh lagi.‎ Sempat aku tersadar dan mulai bergeser, memberikan ruang emosi yang sebentar lagi kuprediksi tak terbendung.
        ‎
Belum jauh aku melangkah menuju kamar terakhir di dalam lorong itu, kupandangi lagi wanita separuh baya itu dengan sedikit haru, dia hanya menundukan kepala bersimpuh di lantai sembari mengusap-ngusap besi tua itu.
        ‎
"Alan,,,Alan,,,ini mama Alan," terdengar lirih. Sementara aku masih menyaksikannya dari sudut yang tidak terlalu jauh. Suara hentakan itu semakin keras dan menjadi-jadi, wanita itu mulai hilang kendali, kepalanya dibenturkan semakin keras lagi, bahkan semakin lama semakin tambah keras lagi. "Maaf Mama Alan,,,, maaf Mama Alan, mama minta maaf, mama gak ada uang," ratapnya di iringin tangisan yang semakin menjadi-jadi.
         Beberapa orang berusaha mendekati, namun mereka hanya mampu berdiri terpaku dengan jarak yang cukup jauh. Mereka tidak berani mendekat dan memecah luapan emosi antara ibu dan anak yang tengah berlangsung itu. Mungkin itulah salah satu memory yang masih aku simpan sampai saat ini, ternyata ibu itu menangisi anaknya yang mati dibunuh perampok dengan 17 luka tusukan senjata tajam.
         Usia anaknya masih cukup muda sekitar 28 tahun. Informasinya, dia tewas akibat mempertahankan lattop satu-satunya yang dia pegang saat pergi belajar ke rumah temannya dengan cara berjalan kaki.
          Awalnya, ibunya sudah melarang anaknya pergi karena tidak memiliki sepeser pun uang untuk diberikan agar bisa menaiki ‎angkutan umum
. Mereka termasuk keluarga miskin, yang bekerja sebagai buruh serabutan.
        Mungkin lattop itu merupakan harta kesayanganya yang dia sandang dengan tas ransel hitam saat keluar rumah. Karena ingin mempertahan harta satu-satunya, dia menjadi korban pembunuhan disertai perampasan di pinggir jalan.
           Menurutku manusia itu sama saja, tidak ada anehnya, bahkan aku terbilang cukup sering menyaksikan banyak kejadian. Tapi yang menjadi sorotan malam itu, memang sedikit berbeda. Aku seperti mendapat mimpi, ada luapan emosi yang dalam dan moment itu tidak bisa kita beli dengan uang. Ada makna yang bisa aku serap, dari kejadian malam itu,
         "Sayangilah ibu kalian, seperti dia menyayangi kalian. Meskipun anaknya mati, orang tua pasti menyesali kenapa tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya sendiri. Sesulit apapun kondisi keluarga, orang tua selalu memikirkan yang terbaik untuk anaknya, walaupun pemikiran itu sulit untuk mereka realisasikan, tetap hormatilah mereka," mungkin itu saja cerita saya malam ini, wasalam.
     
          Perbuatan Ibu Kepada Anaknya 

1. jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, “Makanlah, ibu tdk lapar.”
2. Wkt makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, “ibu tdk suka daging, makanlah”
3. Tengah mlm saat dia sdg menjaga anaknya yg sakit, Ia berkata,
“Istirahatlah, ibu blm ngantuk..”
4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, “Simpanlah untuk keperluanmu, ibu masih ada simpanan,”
5. Saat anak sdah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana.”
6. Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, ibu masih tersenyum sambil berkata, “Jangan menangis, ibu tidak apa apa.” 

Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa hebat kita, seberapa sukses kita, seberapa miskinya kita, Seberapa susahnya kita, seberapa dewasanya kita. Ibu selalu menganggap kita anak kecilnya, selalu mengkhawatirkan anaknya tapi tidak pernah membiarkan kita mengetahui kondisi dia sebenarnya.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat