Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Tuesday, December 11, 2012

*1Istana Sikka yang Merana1*



Berlokasi persis di bibir pantai Samudra Indonesia, tepatnya di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Maumere, Flores, berdiri dengan ringkih sebuah rumah panggung yang berjuluk “Lepo Gete” (rumah besar/istana). Di sinilah konon Raja Sikka pernah tinggal dan memerintah landschaap (kerajaan) Sikka di pengujung abad ke-19.
Syahdan, sebelum sistem pemerintahan kabupaten dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mulai berlaku sejak 1958, di wilayah Kabupaten Sikka yang beribu kota Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), masyarakat diperintah oleh raja.
Menurut budayawan setempat, Oscar Pareira Mandalangi, dalam Hikayat Kerajaan Sikka (2008), tidak terdapat data tertulis secara pasti kapan Kerajaan Sikka ini bermula dan berakhir. Dalam hikayat hanya disebutkan, raja-raja yang memerintah di Sikka berjumlah 16 orang dengan raja pertama adalah Raja Don Alesu da Silva, yang merupakan keturunan ke-14 dalam garis keturunan (genealogi) penghuni Lepo Gete.
Sementara raja terakhir—disebut bernama Don Paulo Centis Ximenes da Silva—sudah tidak lagi menempati Lepo Gete. Istri dan anak-anaknya beserta perabotan istana mulai dari mahkota, senjata, kursi, dan perhiasan kini berada di rumah di Jalan Tugu Timur No. 1 Maumere. Istri mendiang raja, Maria Rafaela da Silva (72), dengan senang hati menunjukkan sisa-sisa zaman kejayaan Kerajaan Sikka yang ia simpan rapi.
“Karena di Lapo Gete sudah tidak ditinggali, di rumah inilah kami menyimpan semua peralatan istana, termasuk mahkota dan senjata raja,” katanya kepada Warisan Indonesia, sembari menunjukkan mahkota, aneka perhiasan, dan senjata yang biasa dikenakan raja. Kondisi Lapo Gete sangat memprihatinkan. Nyaris tidak tersisa “keperkasaan” sebuah bangunan istana pada zamannya, selain ukuran bangunan yang memang terlihat lebih besar dibandingkan rumah-rumah penduduk. Beberapa dinding papan kayu dan tangga terlihat lepas dari tempatnya. Bangunan berukuran sekira 12 meter x 15 meter itu pun terlihat kusam dan merana tidak tahan menahan gempuran angin laut samudra lepas yang menerpa setiap saat

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat