Ada beberapa jenis pamor yang bentuknya hampir sama dan sering
dikacaukan orang penamaannya. Yang paling sering dikacaukan
adalah pamor Wos Wutah, Pulo Tirto dan Pendaringan Kebak.
Pamor Pulo Tirto memang mirip sekali dengan Wos
Wutah, bedanya pada Pulo Tirto motif gumpalannya terpisah satu
sama lainnya dalam jarak cukup jauh sekitar 2 samai 3 cm.
Sedangkan pamor Wos Wutah, gumpalannya cukup rapat, seandainya
terpisahpun jaraknya cukup dekat sekitar 1 cm saja.
Pamor Raja Abala Raja dan Pandito Bolo
Pandito
Pamor Pendaringan Kebak juga mirip Wos Wutah, tetapi Pendaringan
Kebak lebih penuh dan rapat serta nyaris memenuhi seluruh
permukaan bilah. Dari bawah sampai ujung bilah dan dari tepi
satu ketepi yang lainnya.
Kemudian pamor Adeg, Mrambut dan Ilining Warih.
Adeg berupa garis-garis yang tidak terputus dari bagian
sor-soran sampai ujung. Sedang Mrambut serupa benar
dengan Adeg, tetapi garisnya terputus-putus. Pamor Ilining Warih
sama dengan pamor Adeg hanya saja garisnya bercabang dibeberapa
tempat. Jadi bedanya kalau garis itu tidak terputus disebut
pamor Adeg, kalau terputus disebut Mrambut dan kalau bercabang
namanya Ilining Warih.
Dengan demikian bila
ada yang mengatakan pamor Adeg Mrambut sebetulnya tidak tepat,
karena pamor Adeg ada sendiri dan Mrambut ada sendiri.
Jenis lain yang hampir sama adalah Ujung Gunung, Junjung Drajat,
Raja Abala Raja dan Pandito Bolo Pandito. Secara umum keempat
pamor itu berupa garis yang menyudut. Bedanya kalau Ujung Gunung,
kaki garis sudut itu menerjang bilah. Pada pamor Raja Abala
Raja, mirip Ujung Gunung, tetapi garis yang membentuk sudut
menyebar diberbagai tempat, dibagian sor-soran, bilah dan
ujungnya. Kalau pamor Junjung Drajat, serupa dengan Rojo Abolo
Rojo, hanya keseluruhan gambar itu berhenti dibagian tengah
bilah dan diatasnya ada pamor lain.
Keempat pamor ini sering sekali dikacaukan orang.
Selain itu, pamor Udan Mas, Segara Wedhi, Sisik
Sewu dan Tetesing Warih juga banyak dikacaukan orang, karena
pamor Udan Mas lebih popular maka sering pamor Segara Wedi,
Sisik Sewu atau Tetesing Warih dinamakan juga Udan Mas.
Agar lebih jelas, perincian Pamor Udan Mas seharusnya : Jumlah
lingkaran pusarannya minimal tiga lingkaran, tetapi umumnya ada
lima lingkaran, bahkan yang baik (bila dilihat kaca pembesar)
ada 8 lingkaran dengan diameter sekitar 5 milimeter, penempatan
pamornya bisa teratur seperti kartu domino dan bisa juga
tersebar tak beraturan disela sela pamor Wos Wutah.
Pamor
Segara Wedhi penampang lingkarannya lebih kecil lagi, sekitar
tiga millimeter saja letaknya cenderung mengumpul ditepi bilah
dan ditengah bilah umumnya ada pamor Wos Wutah, Pulo Tirto atau
Ngulit Semangka atau pamor lainnya.
Kalau Sisik Sewu sedikit lebih kecil dari Segara Wedhi, banyak
jumlahnya dan rapat satu sama lainnya diseluruh permukaan bilah.
Begitu rapatnya sehingga sering tumpang tindih satu sama
lainnya.
Pamor Tetesing Warih, mirip Udan Mas, tetapi jumlah lingkarannya
atau pusarnya hanya tiga atau kurang dan kadang bercampur disela
pamor Wos Wutah atau Pendaringan Kebak.
SALAH KAPRAH
DALAM PENAMAAN PAMOR.
Kesalahan dalam penamaan pamor sering dijumpai diantara pecinta
keris, celakanya kesalahan ini sering keterusan dan dianggap
sesuatu yang betul sehingga nama asli dari pamor tersebut malah
kurang dikenal.
Yang paling sering dikelirukan adalah pamor Adeg, dikenal
sebagai pamor Singkir, padahal Singkir seharusnya nama empu,
hanya kebetulan saja empu ini banyak membuat pamor Adeg.
Salah kaprah seperti ini banyak terjadi di Jawa Tengah.
Ron Pakis
Mayang Mekar
Ron Genduru
Kesalahan yang mirip dengan itu adalah penamaan pamor dengan
sebutan “bulu ayam”. Pamor seperti Ron Genduru, Ron Pakis,
Mayang Mekar, Sekar Tebu, Pari Sawuli dan yang mirip itu,
semuanya dianggap sama dan disebut pamor “bulu ayam”. Salah
kaprah seperti ini banyak terjadi di Jawa Timur.
Salah kaprah lainnya pamor Sedayu, ini salah, karena Sedayu
adalah daerah yang banyak membuat keris pada jaman Majapahit
dengan empunya yang terkenal Empu Pangeran Sendang Sedayu.
Buatannya hanya berpamor sedikit saja dan terkadang tanpa pamor,
akibatnya semua yang tanpa pamor atau sedkit sekali pamornya
disebut pamor Sedayu.
Keris yang tanpa pamor ini, yang besinya hitam mulus, disebut
“tanpa pamor” saja atau “Kelengan”.
BUNGKALAN.
Ini bukan nama
pamor tetapi bentuk pamor pada ujung bilah keris atau tombak,
pamor apapun apabila pada dekat ujung bilah bercabang dua dan
kedua cabang itu menerjang tepi bilah dinamakan pamor Bungkalan.
Sepintas seperti lidah ular.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat