Laman

Saturday, March 24, 2012

Sensasi Musik Batu di Goa Tabuhan

Yanuar Dwi Sarjono
Tidak bisa membayangkan stalaktit-stalakmit bisa menghasilkan suara indah? Memang, harus ke Goa Tabuhan untuk membuktikan hal itu.
Di dalam sebuah ruangan gelap, tujuh orang, terdiri empat pria dan tiga perempuan, memosisikan diri di sela-sela stalaktit dan stalakmit (batu goa yang menjulur dari atas dan dari bawah). Hanya dalam hitungan detik, mengalunlah gending-gending Jawa yang dimainkan para personel musik tradisional tersebut.
Tembang Jawa “Nyidam Sari” mengawali alunan merdu dari suara tiga perempuan yang bertindak sebagai sinden atau penyanyi. Sesekali senggakan mantap keluar dari vokal waranggana atau penabuh gamelan. Lima lagu Jawa mereka lantunkan dalam waktu tak lebih dari 20 menit. Meskipun singkat, tetapi penonton dan penikmat benar-benar merasakan sensasi musik tradisional itu.
Ya, karena alunan tembang-tembang Jawa ini—lain dari biasanya—tidak diiringi gamelan lengkap, seperti saron, kenong, kempul, gambang, rebab, dan gong. Namun, hanya dengan kendang, sebagai alat asli perangkat gamelan, yang dipadu dengan pukulan stalaktit dan stalakmit, jadilah alunan gamelan Jawa yang tak kalah indah suaranya.
Sensasi musik tradisional ini bisa kita saksikan hanya di Goa Tabuhan, yang terletak di Desa Wareng, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Berjarak sekitar 25 kilometer arah barat dari pusat kota Pacitan, dan sekitar 100 kilometer dari arah kota Solo. Jika dari Solo, Goa Tabuhan bisa ditempuh melalui rute Solo-Wonogiri-Baturetno-Giriwoyo-Donorojo-Goa Tabuhan.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat