Laman

Saturday, March 24, 2012

“Manortor” Bersama Sigale-gale"

Anton Bayu Samudra
Musik gondang sabangunan terus mengentak sigale-gale bergoyang menari dan orang-orang pun bergantian manortor (menari). Kini tarian itu bukan lagi ritual untuk menghormati leluhur, melainkan bagian dari suguhan wisata.
MUSIK gondang sabangunan, sore itu, terus mengentak menyambut kedatangan rombongan Temu Pusaka 2011. Wajah Merdi Sihombing, perancang busana kondang dan pelestari ulos, tampak berbunga-bunga. Ia sibuk mengawasi para pembantunya bekerja seraya menyambut kedatangan peserta untuk makan siang sekaligus mengunjungi bengkel kerja dan pusat tenun ulosnya di Samosir.
Jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Waktu seminar berkepanjangan, akibatnya peserta letih dan kelaparan. Maklum saja sebelumnya panitia mengajak mereka menempuh perjalanan panjang dari Tuk-tuk. Sebagian peserta langsung berhamburan menyerbu hidangan yang disediakan tuan rumah. Sisanya, menyerbu ruang bengkel kerja Merdi Sihombing lalu memotret gadisgadis yang asik menenun ulos.
Sementara itu, ibu-ibu langsung menuju sasaran melihat koleksi di butik perancang busana yang sedang naik daun itu. Lembaran-lembaran rupiah bertukar dengan ulos hasil karya Merdi Sihombing.
Selepas makan siang, musik gondang sabangunan makin mengentak, apalagi paminta gondang (ketua kelompok) mulai mengajak manortor. Patung sigale-gale, yang sejak tadi diam, mulai bergerak mengikuti irama musik. Beberapa orang mulai turun manortor, tak ketinggalan I Gede Ardika, Pia Alisyahbana, dan peserta dari India, Kanada, Malaysia, ikut bergabung menari. Apalagi, Merdi Sihombing juga ikut nimbrung sambil menyawer. Peserta lain pun segera mengikutinya.
Gondang Mula-mula mengawali hajatan itu lalu berturut-turut menyusul Gondang Somba, Gondang Mangaliat, Gondang Simonang-monang, Gondang Sibungajambu, Gondang Marhusip. Sukaria itu pun berakhir dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat