Laman

Tuesday, December 11, 2012

*1Down to the River1*


Yudasmoro
Sebuah iklan televisi swasta pernah menarik perhatian saya. Adegan seorang ibu dengan acungan jempolnya yang khas. Dengan biduk kecil, ia menjajakan dagangannya menerabas beberapa perahu yang memuat sayur-mayur dan buah-buahan.  Itulah Pasar Apung Muara Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Adalah Pak Johan, pria ramah berusia sekitar 40 tahunan yang senang ngobrol dan ramah ini, yang banyak bercerita tentang pasar apung. Beliau adalah pemilik Borneo Homestay yang menjadi tempat saya menginap selama saya berkunjung ke Banjarmasin. Deretan simbol bendera negara-negara di dunia dan semboyan “home for backpackers” di bagian depan mempertegas bahwa penginapan ini menjadi langganan para wisatawan berkantong “tipis” (budget traveller) dari seluruh dunia.  Tempatnya memang sangat sederhana, tetapi para tamu yang menginap di sini sebagian besar adalah backpacker bule.
“Nama saya ada di Lonely Planet kok bersama homestay ini,” kata Pak Johan. Sebetulnya ada 2 pasar apung di Banjarmasin, yaitu Lok Baintan dan Muara Kuin.  Berdasarkan keterangan Pak Johan, pasar apung tradisional yang masih asli adalah Lok Baintan. Hal itu karena Pasar Apung Muara Kuin sengaja dibuat oleh pemerintah untuk keperluan pariwisata. Bertambahnya infrastruktur darat membuat kegiatan pasar apung kini bahkan mulai terancam oleh pasar darat. Apalagi, semakin banyaknya jembatan yang dibangun kini mulai mengancam potensi wisata sungai. “Kota seribu sungai ini bisa berubah jadi kota seribu jembatan,” keluh Pak Johan.

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat