Presiden Mubarak Tolak Mundur
Ilustrasi
KAIRO -
Puluhan ribu rakyat Mesir turun ke jalan untuk mendesak Presiden Hosni
Mubarak turun dari jabatannya. Mubarak akhirnya membubarkan kabinet
pemerintahannya.
Namun, keputusan itu tak berarti bagi rakyat
Mesir karena Mubarak tetap menolak mundur. Kerusuhan terus pecah di
beberapa kota, termasuk Kairo. Sedikitnya 48 orang tewas dan 1.500 warga
sipil serta 1.000 polisi terluka sejak Selasa 25 Januari lalu.
Puluhan
ribu pengunjuk rasa memenuhi Lapangan Tahrir, Kairo, sambil meneriakkan
“Turun Mubarak! Kami datang ke sini untuk mengatakan kami tidak
menginginkanmu Mubarak.Kami ingin Anda keluar dari negeri ini,” tegas
Mohammed Osama, 25, pengacara yang ikut berunjuk rasa saat militer
mengumumkan jam malam diberlakukan dan diperluas ke kota-kota utama,
Sabtu (29/1/2011).
Pengunjuk rasa tidak hanya meminta Mubarak
mundur, tapi juga berakhirnya korupsi dan kebrutalan polisi yang menjadi
sangat sistematis di bawah pemerintahan Mubarak selama 30 tahun.
Adapun
peraih penghargaan Nobel Perdamaian Mohamed El- Baradei terus menekan
Mubarak untuk mundur dari jabatannya. “Presiden Mubarak tidak memahami
pesan rakyat Mesir. Pidatonya mengecewakan sepenuhnya. Protes akan
berlanjut lebih besar hingga rezim Mubarak jatuh,” tegasnya.
Gerakan
oposisi paling terorganisasi di Mesir, Ikhwanul Muslimin
(IM/Persaudaraan Muslim), yang tidak menegaskan dukungannya pada unjuk
rasa hingga Kamis lalu, berinisiatif menyerukan pemindahan kekuasaan
secara damai melalui kabinet transisi.
Ke-50 pemimpin IM turut
ditahan bersama lebih dari 350 orang lainnya yang ditahan pada Jumat
lalu. Jam malam yang diberlakukan di Kairo, Alexandria, dan Suez
diabaikan oleh para pengunjuk rasa.
Jam malam pun diperpanjang
dari pukul 16.00 hingga pukul 08.00 waktu setempat. Militer
memperingatkan warga sipil untuk tidak berkumpul di tempat publik.
Militer, tidak seperti polisi yang represif, lebih dihormati warga
Mesir.
Kehadirannya di jalanan lebih direspons positif oleh
massa. Meski jam malam diberlakukan, toko-toko dan perkantoran tetap
dijarah kemarin malam. Polisi menahan sekitar 14 orang di sebuah
jembatan Kairo saat mereka menjarah.
Sekira 60 persen kantor
polisi Mesir dilaporkan telah dibakar oleh pengunjuk rasa. Bentrok juga
terjadi di kota pelabuhan Ismailiya, timur laut Ibu Kota. Saat itu
ribuan pekerja bentrok melawan polisi.
Presiden Amerika Serikat
(AS) Barack Obama mendesak Pemerintah Mesir untuk tidak menggunakan
kekerasan saat menghadapi pengunjuk rasa. Obama menyatakan hal tersebut
dalam percakapan telepon dengan Mubarak. Adapun Presiden Palestina
Mahmud Abbas menelepon Mubarak dan menyatakan harapannya bahwa negara
akan aman meski terjadi kerusuhan.
“Presiden Mahmud Abbas
menghubungi Presiden Mubarak dan menegaskan solidaritasnya dengan Mesir
dan komitmennya terhadap keamanan dan stabilitas,” papar pernyataan yang
dirilis kantor Abbas.
Raja Abdullah dari Arab Saudi juga
menyatakan dukungan kepada Mubarak dan mengecam pihak yang mengacaukan
situasi keamanan Mesir. Selama percakapan, Abdullah mengecam para
pengacau yang mengatasnamakan kemerdekaan berekspresi.
No comments:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat