Laman

to night

Aku adalah binatang jalang yang menghembuskan angin kedinginan. apa pun bisa kita lakukan, biarkan Hayal mu melambung tinggi menikmati sensasi lambda sehingga hayalmu menembus batas, bangun ketika kau mulai lelah akan semua, bakarlah dinding-dinding yang membuatmu tidak mempunyai waktu untuk membuka sensasi Lamda. masih ingatkah kita pernah bercerita tentang puncuk-puncuk lambda di ketinggian 200Hez aku telah menemukan seluk beluk lambda. Mari bersama menembus batas normal, yang akan membuka tabir mimpi menjadi kenyataan. aku lambda yang membagunkan dengan Argumentum ad populum, wujud nyata, ilusi, melayang maya membuka tabir biru menjadi sir Lamda






Wednesday, December 19, 2012

Ritual Pengantar Arwah Khusus untuk Tentara Gurkha

Tentara Gurkha (Foto: Daily Mail)
Tentara Gurkha (Foto: Daily Mail)
KATHMANDU - Para veteran tentara Gurkha melakukan ritual untuk mengantarkan arwah dari rekan mereka yang telah meninggal. Tentara Gurkha merupakan tentara Nepal yang bekerja untuk pihak Inggris dan dikenal dengan kenekatannya.

Ritual pengantar arwah itu diselenggarkan oleh Organisasi Veteran Tentara Gurkha (GAESO). GAESO mengumpulkan pendeta dari seluruh wilayah Nepal untuk menjalankan ritual bagi rekan-rekannya yang sudah meninggal itu.

“Arwah mereka masih berkeliaran di dunia ini karena mereka dimakamkan secara tidak layak. Arwah mereka harus dibebaskan dengan cara melakukan ritual tertentu," ujar Ketua GAESO Padam Bahadur Gurung, seperti dikutip Reuters, Kamis (22/11/2012).

Kepercayaan di Nepal menyebutkan para anak cucu akan terkena bala bila nenek moyangnya masih menjadi arwah penasaran. Keturunan dari arwah tersebut harus menyelenggarkan ritual untuk mengantarkan arwah poenasaran itu ke dunia yang selanjutnya.

Tentara Gurkha dikenal sebagai tentara yang bengis dalam pertempuran. Tentara  Gurkha direkrut oleh Inggris setelah mereka berhasil memukul mundur tentara Inggris yang ingin menginvasi wilayah Nepal pada tahun 1815. Dalam upaya invasi itu banyak tentara Inggris yang menjadi korban keganasan tentara Gurkha.

Tentara Gurkha juga ikut bertempur untuk Inggris dalam Perang Dunia II. GAESO mengatakan sekitar 60 ribu tentara Gurkha tewas dalam pertempuran selama Perang Dunia II berlangsung. GAESO menyatakan rekannya yang gugur tersebut tidak mendapat pengakuan yang layak dari pemerintah Inggris

Topeng V for Vendetta Dilarang di Dubai


Foto : demonstran AS gunakan topeng Guy Fawkes (AP)
Foto : demonstran AS gunakan topeng Guy Fawkes (AP)
DUBAI – Pihak kepolisian di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) melarang warganya menggunakan topeng “V for Vendetta”. V for Vendetta sendiri merupakan cerita komik terkenal dari Amerika Serikat (AS) yang tokoh utamanya bernama Guy Fawkes.

Guy Fawkes adalah sosok pemberontak melakukan perlawanan terhadap pemerintah diktator. Topeng yang dikenakan Guy Fawkes menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap pemerintah dan seringkali digunakan oleh para aktivis ketika melakukan aksi protes, khususnya aktivis di negara-negara barat.

Topeng V for Vendetta juga menjadi populer di Timur Tengah ketika beberapa negara di kawasan tersebut mengalami revolusi, seperti diberitakan Digitalspy, Jumat (23/11/2012).

Kebijakan dari polisi Dubai itu dikeluarkan sebagai tindakan pengamanan atas perayaan hari nasional UEA, yang jatuh pada 2 Desember mendatang. Polisi yang menemukan warga menggunakan topeng itu pada hari nasional akan ditahan oleh polisi karena dianggap berusaha membuat kerusuhan politik.

“Kami tidak mengijinkan simbol-simbol yang memancing sikap perlawanan terhadap pemerintah digunakan pada perayaan hari nasional. Kami meminta warga menggunakan simbol yang menunjukkan sikap patriot seperti simbol kenegaraan dan bendera," ujar kepolisian Dubai.

Hemat Biaya, Pria Ini nikahi 4 Wanita Sekaligus



Foto: Googleimages
Foto: Googleimages
CAPE TOWN – Seorang pengusaha kaya di Afrika Selatan menikahi empat perempuan sekaligus. Hal tersebut dilakukannya untuk menghemat biaya pernikahan yang harus dikeluarkannya apabila ia menikahi perempuan itu satu persatu.

“Saya tidak tahu secara pasti berapa biaya yang harus saya keluarkan apabila saya harus mengadakan empat pesta pernikahan. Tapi saya kira mengadakannya secara sekaligus pasti jauh lebih murah," ujar sang pengantin pria, Milton Mbele, seperti dikutip BBC, Minggu (25/11/2012).

“Dengan cara ini saya hanya perlu menyewa satu tenda nikah, memesan satu perusahaan katering dan juga menggunakan hanya satu fotografer untuk pernikahan saya," tambahnya.

Pria yang berusia 44 tahun itu mengatakan, dirinya telah menabung untuk biaya pernikahan “massal” itu sejak tahun 2007 lalu. Persiapan acara pernikahannya sendiri dilakukan Mbele sejak awal tahun ini.

Dilaporkan tindakan Mbele tersebut melanggar semua peraturan adat yang ada di Afrika Selatan mengenai praktek poligami. Tradisi di Afrika Selatan memperbolehkan poligami, namun tidak secara bersamaan seperti yang dilakukan oleh Mbele.

Mbele sendiri mengaku bahwa ia mencintai semua istri yang baru saja dinikahinya itu. Pengusaha itu memasang empat cincin pernikahan di jari-jarinya, bagi Mbele cincin tersebut adalah bukti komitmennya terhadap keempat istrinya. Ia juga berjanji akan memperlakukan istri-istrinya secara adil.

Pengguna Lift Dijebak Bersama Hantu Cilik



Hantu cilik di dalam lift (Foto: Daily Mail)
Hantu cilik di dalam lift (Foto: Daily Mail)
BRASILIA – Sebuah acara televisi di Brasil membuat jebakan yang paling mengerikan untuk korbannya. Acara televisi itu menjebak korbannya di sebuah lift bersama hantu gadis kecil yang tiba-tiba muncul.

Semua korban dalam jebakan ini dibuat seoral-olah terjebak dalam lift tanpa listrik atau cahaya. Tiba-tiba munculah seorang hantu gadis kecil yang kedatangannya entah dari mana. Demikian diberitakan Daily Mail, Rabu (28/11/2012).

Acara ini adalah lelucon yang populer di acara televisi Brasil. Dalam video seorang agen membukaakan pintu lift untuk setiap korbannya, kemudian mulailah jebakan itu dilakukan.

Setiap korban dibuat menjadi sangat takut karena tiba-tiba lampu di dalam lift itu padam dan pintu lift tidak bisa terbuka.

Di bawah kegelapan seorang anak kecil, berpakaian seperti gadis hantu seperti dalam film The Ring, muncul dari pintu jebakan di samping dan ketika lampu kembali menyala tiba-tiba hantu gadis kecil itu muncul.

Dengan wajah pucat, rambut tidak rata sambil memegang boneka, hantu gadis kecil itu juga berteriak. Alhasil, acara ini pun sukses membuat takut setiap korban yang menjadi incarannya.

Polisi Tuntut Ganti Rugi Biaya Operasi Payudara



Foto: Orange
Foto: Orange
LOWICZ – Seorang polisi lalu lintas menghabiskan uang sebesar 5.000 poundstrerling atau sekira Rp77 juta (Rp15.426 per Poundsterling) untuk implan payudara yang dilakukan mantan pacarnya. Namun ketika keduanya putus, si polisi itu menuntut ganti rugi.

Patricja Pajak mengatakan, dia memutuskan hubungannya dengan polisi, Lukasz Molovik, karena mantan pacarnya itu sangat terobsesi dengan ukuran payudaranya. Pajak yang berprofesi sebagai model, sebenarnya tidak ingin melakukan operasi tersebut.

"Saya tidak ingin operasi, tetapi Lukasz terus memaksa saya dan sering mengeluh karena ukuran payudara saya,” ujar Pajak, seperti dikutip The Sun, Selasa (4/12/2012).

"Karena saya mencintainya, maka saya setuju. Tapi, ternyata dia lebih cinta dengan payudara saya daripada dengan saya.," ungkap wanita berusia 24 tahun ini.

Sekarang Molovik, menggugat ganti rugi pada Pajak setengah sejumlah uang yang dihabiskan untuk mengimplan payudaranya.

"Lukasz sangat kehilangan banyak uang untuk implan payudara pacarnya. Namun, setelah Pajak melakukan implan, Lukasz malah diputuskan. Lukasz tidak masalah dengan uang yang dihabiskannya, tapi dia tidak bisa menikmati payudara mantan pacarnya,” ujar pengacaranya.

Dipenuhi Ular, Pesawat Lakukan Pendaratan Darurat



Foto: Telegraph
Foto: Telegraph
KAIRO - Sebuah pesawat yang dipenuhi penumpang diwarnai ketegangan ketika pesawat yang mereka tumpangi harus melakukan pendaratan darurat. Keberadaan ular di dalam kabin memaksa pilot mendaratkan pesawat tersebut.

Kondisi ini serupa dengan film "Snakes on a Plane" yang dibintangi oleh aktor Hollywood Samuel L. Jackson. Pendaratan darurat itu terpaksa dilakukan, setelah seekor ular dilaporkan seorang warga Yordania di dalam kabin.

Korban yang digigit oleh ular itu adalah warga yang tengah menyelundupkan hewan reptil tersebut. Tidak terlalu banyak drama terjadi seperti di dalam film pada insiden tersebut. Tetapi pilot terpaksa melakukan pendaratan darurat di Kota Al Ghardaqa, Mesir. Demikian diberitakan CNN, Rabu (5/12/2012).

Tidak ada korban lain yang terluka, kecuali penumpang yang membawa ular di dalam penerbangan Egypt Air dari Kairo ke Kuwait ini. Pihak berwenang Mesir pun langsung menginterogasi pria berusia 48 tahun yang digigit ular yang dibawanya sendiri.

Pihak Egypt Air mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan ditemukan, pria yang memilik toko binatang reptil di Kuwait tersebut sengaja memasukan ular kobra Mesir ke dalam kabin. Diri digigit oleh ular tersebut, saat mencoba mengendalikan hewan berbahaya ini ketika ular itu mulai berdesis di bawa kursi penumpang.

Setelah di darat, pria tersebut menolak untuk mendapatkan perawatan. Menurutnya gigitan yang dialaminya tidak terlalu berbahaya. Pesawat itu pun meneruskan perjalanannya ke Kuwait setelah pihak berwenang setempat menyita ular berbaya itu.

Sebuah Kuburan Hadang Pembangunan Gedung Pencakar



Makam yang hadang pembangunan gedung (Foto: The Sun)
Makam yang hadang pembangunan gedung (Foto: The Sun)
TAIYUAN – Sebuah tempat pemakaman yang berada di tengah-tengah lokasi konstruksi, membuat  proses pembangunan gedung terhenti. Keluarga pemilik makam itu menolak untuk memindahkan makan leluhurnya.

Perusahaan pengembang membeli sebuah tanah kuburan untuk membangun gedung pencakar langit. Penduduk desa diberikan kompensasi untuk memindahkan makam orang-orang yang mereka cintai.

Namun, kegiatan konstruksinya terganggu karena salah satu keluaraga belum menemukan kesepakatan. Mereka pun menolak untuk memindahkan tulang belulang leluhurnya. Demikian diberitakan The Sun, Jumat (7/12/2012).

Pengembang telah menawarkan uang sebesar 100.000 pound sterling atau sekira Rp1,54 miliar  (Rp15.460 per poundsterling) untuk mendapatkan tanah pemakaman itu. Namun, mereka tetap tidak mau memindahkan makam.

Hal ini juga pernah terjadi di Taiyuan, Provinsi Shanxi, China, sebuah keluarga menolak untuk pindah dari rumah mereka karena rumah itu akan dibuat jalan raya empat jalur.

Selundupkan narkoba di payudara

BARCELONA - Seorang perempuan asal Panama terpaksa ditangkap di Bandarta El Prat, Barcelona, karena menyelundupkan 1,8 kilogram kokain di payudaranya. Perempuan itu dipaksa untuk menjalani operasi selayaknya implan payudara.

Saat perempuan itu digeledah, polisi menemukan perban berdarah yang menutupi payudaranya. Perempuan itu mengaku, darah itu adalah darah dari operasi yang ditujukan untuk menyelundupkan dua kilogram kokain ke tubuhnya.

Perempuan tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit dan dokter berhasil mengambil kokain seberat 1,8 kilogram yang dibungkus plastik di dalam payudara perempuan itu. Kokain itu sendiri bisa menghasilkan keuntungan sebesar 240 ribu Poundsterling atau sekira Rp3,7 miliar (Rp15.540 per 1 poundsterling).

"Dia dalam kondisi yang buruk ketika tiba. Dia mengatakan bahwa, dia tidak sedang sakit namun dia terluka dengan cukup parah," ujar kepolisian, seperti dikutip Vozpopuli, Kamis (13/12/2012).

Polisi pun mengaku, kasus ini merupakan kasus kedua yang pernah dijumpainya. Pada 2011 lalu, seorang model ditangkap oleh polisi Italia karena menyelundupkan kokain di payudara dan bokongnya.

Meski demikian, polisi sampai saat ini tidak menyebutkan identitas perempuan itu ke publik. Polisi pun mengatakan, perempuan itu bisa meninggal dunia karena kokain yang disimpan di dalam payudaranya

Tuesday, December 11, 2012

*1Istana Sikka yang Merana1*



Berlokasi persis di bibir pantai Samudra Indonesia, tepatnya di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Maumere, Flores, berdiri dengan ringkih sebuah rumah panggung yang berjuluk “Lepo Gete” (rumah besar/istana). Di sinilah konon Raja Sikka pernah tinggal dan memerintah landschaap (kerajaan) Sikka di pengujung abad ke-19.
Syahdan, sebelum sistem pemerintahan kabupaten dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mulai berlaku sejak 1958, di wilayah Kabupaten Sikka yang beribu kota Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), masyarakat diperintah oleh raja.
Menurut budayawan setempat, Oscar Pareira Mandalangi, dalam Hikayat Kerajaan Sikka (2008), tidak terdapat data tertulis secara pasti kapan Kerajaan Sikka ini bermula dan berakhir. Dalam hikayat hanya disebutkan, raja-raja yang memerintah di Sikka berjumlah 16 orang dengan raja pertama adalah Raja Don Alesu da Silva, yang merupakan keturunan ke-14 dalam garis keturunan (genealogi) penghuni Lepo Gete.
Sementara raja terakhir—disebut bernama Don Paulo Centis Ximenes da Silva—sudah tidak lagi menempati Lepo Gete. Istri dan anak-anaknya beserta perabotan istana mulai dari mahkota, senjata, kursi, dan perhiasan kini berada di rumah di Jalan Tugu Timur No. 1 Maumere. Istri mendiang raja, Maria Rafaela da Silva (72), dengan senang hati menunjukkan sisa-sisa zaman kejayaan Kerajaan Sikka yang ia simpan rapi.
“Karena di Lapo Gete sudah tidak ditinggali, di rumah inilah kami menyimpan semua peralatan istana, termasuk mahkota dan senjata raja,” katanya kepada Warisan Indonesia, sembari menunjukkan mahkota, aneka perhiasan, dan senjata yang biasa dikenakan raja. Kondisi Lapo Gete sangat memprihatinkan. Nyaris tidak tersisa “keperkasaan” sebuah bangunan istana pada zamannya, selain ukuran bangunan yang memang terlihat lebih besar dibandingkan rumah-rumah penduduk. Beberapa dinding papan kayu dan tangga terlihat lepas dari tempatnya. Bangunan berukuran sekira 12 meter x 15 meter itu pun terlihat kusam dan merana tidak tahan menahan gempuran angin laut samudra lepas yang menerpa setiap saat

*1Tersandung Masalah, Borobudur siuman1*



Poling garapan Bernard Weber memicu polemik, karena di dalam poling tersebut Candi Borobudur dibenamkan keberadaannya.
Borobudur candi yang paling termegah Di antara tujuh keanehan dunia …
Borobudur peninggalan nenek moyang kita Lambang tinggi kebudayaan Bangsa Indonesia …
Lirik lagu di atas, karya pencipta lagu terkenal pada era ‘80-an, Chaken M, sempat membuat kita semakin bangga dengan eksistensi Candi Borobudur yang memang megah itu. Namun, masihkah lagu itu sesuai dengan kenyataan? Sebab sebuah poling yang diumumkan di Lisabon, Portugal, belum lama ini, tidak menyebut candi yang terletak di 41 km sebelah barat laut Yogyakarta dan 7 km sebelah selatan Magelang itu, sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.
Organisasi yang didirikan oleh petualang Kanada kelahiran Swiss, Bernard Weber, yang membantu pelestarian dan restorasi situs-situs bersejarah di dunia, mengumumkan bahwa yang masuk di dalam Tujuh Keajaiban Baru Dunia, adalah Tembok Besar (Cina), Petra (Jordania), Patung Kristus Sang Penebus (Brasil), Machu Picchu (Peru), Reruntuhan Maya di Chichen Itza (Meksiko), Koloseum (Roma), dan Taj Mahal (India).
Lantas, kenapa Candi Borobudur bisa hilang dari daftar tersebut? Banyak faktor penyebab, di antaranya kurangnya perhatian terhadap kenyamanan dan kebersihan di Candi Borobudur. Selain itu, juga banyaknya coretan di dinding candi dan sampah berserakan di areal candi. Jika masa libur tiba dan banyak orang berkunjung ke sana, maka sampah dengan mudah ditemukan berserakan mengotori pelataran, juga di bangunan candi. Kondisi itu jelas mencoreng dan merendahkan nilai Borobudur di mata wisatawan, baik lokal maupun asing.
Memang, meskipun dalam kondisi seperti itu, minat wisatawan yang berkunjung ke Borobudur tetap tak berkurang. Pada 2009 misalnya, tercatat 2,5 juta orang mengunjungi Borobudur. Pada 2010 ini, jumlah wisatawan ditargetkan meningkat hingga 20 persen.
Namun, pihak pengelola Candi Borobudur tak tinggal diam. Mereka langsung berbenah. Beberapa target pun dirancang, termasuk menjadikan Borobudur sebagai objek wisata yang membawa manfaat bagi kota-kota kecil di sekitarnya seperti Pabelan, Magelang, dan Muntilan.

*1Komunitas Air Gunung – Mengalir Mengikuti Zaman1*



Komunitas Air Gunung hadir di tengah kelompok pelukis kampung yang bekerja tanpa konsep. Berkat kegigihan pencetusnya, sebagian anggota komunitas sukses dengan karyanya. Kini hidup mereka terus mengalir mengikuti gerak zaman.
Suatu ketika, Agus Wuryanto, SN., seorang fotografer profesional, memerhatikan karya-karya pelukis di kampung kelahirannya, Wonosobo, Jawa Tengah, tampak sama. Semua membuat gambar pemandangan, sawah, gunung, alam pedesaan. Seragam dan tak ada yang istimewa.
Saat mencoba berkomunikasi dengan para pelukis tersebut yang ia dengarkan adalah keluhan tentang hidup mereka yang serba susah. Paling tinggi, sebuah karya dibeli orang dengan harga Rp500.000. Sebagai lulusan seni murni Institut Seni Indonesia, hatinya tergelitik sekaligus prihatin dengan kondisi tersebut.

WARISAN INDONESIA / Bhrahu Pradipto
Berbekal ilmu selama masa kuliah dan pengalaman panjangnya memainkan kuas di atas kanvas, ia kumpulkan para pelukis itu dalam sebuah wadah, yang kemudian dinamakan Komunitas Air Gunung. Ia memulai urusan itu saat tak lagi mengemban tugas pelaksana pemotretan di lapangan, maklum kiprahnya di dunia fotografi memang cukup mendalam. Ia adalah Ketua Pencinta Fotografi Wonosobo. Dengan demikian, konsentrasinya bisa lebih fokus.
Sejak tahun 2006, dengan telaten ia memberikan pelatihan kepada anggota komunitas. “Teknik penggemblengannya seperti home schooling. Artinya, tercipta interaksi yang lebih intim. Setiap ingin membuat satu karya, ide si pelukis didiskusikan sampai menemukan konsep yang menarik,” ungkapnya.
Bagi penggiat seni di Wonosobo ini, ada tiga hal utama yang harus dimiliki seseorang pelukis anggotanya agar dapat mencapai hasil maksimal. Pertama, harus ada kepedulian, baik dari pengajar maupun murid yang ia bimbing. Kedua, harus ada keterlibatan emosional antarpersonal. Dan ketiga, harus ada kepercayaan.Akhirnya dengan bentuk pertemanan, diharapkan tercipta ikatan yang kuat, saling memahami.

*1Rumah Seribu Topeng1*

Rumah topeng Prayitno bukan untuk dikunjungi turis biasa. Koleksinya ditata bukan sebagai pajangan. Prayitno mengajak pengunjung melihat filosofi di baliknya.
Kalau ke Bali, jangan lupa pergi ke Ubud. Meskipun di Ubud, Anda akan terpaksa melupakan banyak hal. Di situ banyak sekali yang tidak bisa tidak mesti dilihat. Akhirnya Anda akan terpaksa memilih untuk melupakan beberapa hal karena mesti ada prioritas.
Akan tetapi, jangan tidak menyempatkan menyambangi House Mask and Puppets Setia Darma. Letaknya di Jalan Tegal Bingin, Br. Tengkulak Tengah, Kemenuh, Sukawati, Gianyar.
Rumah topeng itu dibuat oleh lelaki 65 tahun asal Lamongan, Jawa Timur, bernama Prayitno. Suami Cecilia Bintang Nusawati ini membangun beberapa rumah di lahan yang luas, menampung topeng dari sejumlah wilayah Tanah Air. Juga ada topeng Noh dari Jepang, Kamboja, India, China, Meksiko, Afrika (Mali, Pantai Gading, Gabon), serta sebagian Eropa. Bukan sekadar topeng. Topeng pilihan dengan selera tinggi.
Banyak orang heran, kenapa Prayitno tidak membangun di wilayahnya. Kenapa mesti di Bali? Mau mengeruk kantong turis? “Saya memilih Bali karena saya ingin aman,” kata Prayitno, “kita tahu di masa lalu di beberapa wilayah Tanah Air, topeng dicari untuk dimusnahkan. Benda budaya itu dianggap sebagai sesuatu yang kotor. Di Bali, yang menjadi gudang topeng, semua topeng saya aman. Di sini tidak ada kebencian terhadap topeng.”
Rumah Topeng Setia Darma terletak di sebuah lembah yang diapit oleh dua tebing yang, konon, merupakan tempat pertempuran rahasia kekuatan gaib. Tak seorang pun yang berani tinggal di tempat itu. Wajar sekali kalau Prayitno berhasil memilikinya dengan mudah. Bahkan, kemudian tinggal di situ di sebuah rumah yang sesuai dengan aturan arsitektur Bali.
“Saya tidak pernah diganggu dan merasa terganggu tinggal sendirian di sini,” kata Prayitno di depan rumahnya yang kalau malam bisa dibayangkan akan kelihatan mencekam.

*1Omo Nifolasara, Hunian Bertabur Sejarah1*


Foto: Hardy Mendröfa
Rumah para bangsawan. Penuh simbol dan makna, hingga lekang ratusan tahun lamanya.
Meski berusia ratusan tahun, namun Omo Nifolasara masih kokoh dan berdiri tegak di Desa Bawomataluo. Rumah adat besar hasil rancangan para nenek moyang ini, bahkan tak ‘terluka’ kala Nias dihantam gempa 8,7 SR di tahun 2005 silam.
Rumah yang didirikan Laowö Fau pada abad ke-18 ini, kini ditempati dua keturunannya, Mo’arota Fau dan Buala Fau. Kedua kakak beradik tersebut tercatat merupakan keturunan ke-7 dari Laowö (Laowe) Fau. Meski sekarang ini kondisinya terkesan kurang terawat namun Omo Nifolasara, tetaplah bukti tersahih tentang kedigdayaan arsitektur Nias di masa lampau.
Memiliki luas 32X10M dan ketinggian bangunan mencapai 26M, bisa dibayangkan betapa besarnya rumah adat ini. Tak hanya itu, beragam ornamen pun terlihat di sana dan menambah kesan gagah rumah adat besar ini.  Secara umum, titik kekuatan dari rumah-rumah adat tradisional di Nias, khususnya rumah adat para bangsawan, terletak pada bagian kolong atau kaki bangunan.  Tiang-tiang penyangga tegak (Ehomo) dan tiang penyangga diagonal (Ndriwa) pada rumah adat ini bertumpu pada umpak batu (pondasi batu) yang terletak di bawah bangunan.
Rumah para bangsawan. Penuh simbol dan makna, hingga lekang ratusan tahun lamanya. Meski berusia ratusan tahun, namun Omo Nifolasara masih kokoh dan berdiri tegak di Desa Bawomataluo. Rumah adat besar hasil rancangan para nenek moyang ini, bahkan tak ‘terluka’ kala Nias dihantam gempa 8,7 SR di tahun 2005 silam.
Rumah yang didirikan Laowö Fau pada abad ke-18 ini, kini ditempati dua keturunannya, Moarota Fau dan Buala Fau. Kedua kakak beradik tersebut tercatat merupakan keturunan ke-7 dari Laowö (Laowe) Fau. Meski sekarang ini kondisinya terkesan kurang terawat namun Omo Nifolasara, tetaplah bukti tersahih tentang kedigdayaan arsitektur Nias di masa lampau.
Memiliki luas 32X10M dan ketinggian bangunan mencapai 26M, bisa dibayangkan betapa besarnya rumah adat ini. Tak hanya itu, beragam ornamen pun terlihat di sana dan menambah kesan gagah rumah adat besar ini.  Secara umum, titik kekuatan dari rumah-rumah adat tradisional di Nias, khususnya rumah adat para bangsawan, terletak pada bagian kolong atau kaki bangunan.  Tiang-tiang penyangga tegak (Ehomo) dan tiang penyangga diagonal (Ndriwa) pada rumah adat ini bertumpu pada umpak batu (pondasi batu) yang terletak di bawah bangunan.
Bangunan Omo Nifolasara secara umum dibagi menjadi tiga bagian. Yakni, bagian atas (Ganö-ganö lawa).  Lalu, ada bagian tengah yang terbagi lagi dalam tiga bagian, yaitu Föröma (tengah belakang), Kolu-kolu (bagian tengah kamar kecil), dan Tawolo (tengah depan), serta satu lagi di bagian bawah (Arö nomo).
Fungsi utama rumah adat ini berada di bagian tengah depan (Tawolo), yang terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu Ahe Mbalö (lantai tempat duduk masyarakat umum, Bato (tempat duduk tetua adat) dan Farakhima (tempat duduk bangsawan), di bagian ini, juga terdapat sandaran tangan khusus untuk para bangsawan yang disebut Salagotö.
Di ruang utama juga terdapat Haröfa, tempat penyimpanan patung. Ada juga bagian yang digunakan menyimpan rahang babi. Rahang babi di daerah ini menjadi simbol dari status sosial sang bangsawan yang memiliki rumah. Semakin banyak babi dipotong dalam setiap upacara adat, semakin menandakan tingginya tingkat status sosial keluarga pemilik rumah.

*1Sangiran – Menguak Misteri Manusia Purba1*

Separuh temuan fosil manusia purba dunia berasal dari Sangiran. Pekerjaan panjang menanti ilmuwan. Banyak hal misteri bakal jelas asal semua pihak mengerti arti penting masa lalu.
INGIN menengok peradaban manusia purba? Datanglah ke Sangiran. Di kawasan berbukit, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, itu kita dapat menemukan bukti-bukti kehidupan manusia jutaan tahun silam berupa ribuan fosil. Itulah modal awal bagi para ilmuwan untuk menguak misteri kehidupan nenek moyang yang penuh misteri.
Tak hanya fosil bagian tubuh manusia, tetapi ada juga sisa-sisa perkakas sederhana pendukung kehidupan zaman dahulu. Dalam kompleks ini kita mendapatkan bukti bahwa manusia purba yang hidup di Sangiran sekitar dua juta tahun lalu memiliki habitat. Mereka juga harus taat pada pola kehidupan yang ada, bergaul dengan binatang hidup bersama menurut aturan tertentu.
Tak sulit menuju ke sana, hanya 20 kilometer dari Kota Solo. Sangiran ada dalam wilayah administratif Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah. Luasnya mencapai 59 kilometer persegi milik Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh, serta Kecamatan Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.
Konon, sebagaimana diyakini para geolog, dahulu Sangiran adalah hamparan laut. Proses geologi panjang, serta rangkaian letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, telah mengubah Sangiran menjadi daratan. Hal ini dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah yang sangat berbeda dengan wilayah lain. Pada setiap lapisan, para ahli menemukan fosil yang berbeda jenis sesuai zamannya.
Pada suatu masa, Situs Sangiran merupakan suatu kubah yang tererosi di bagian puncaknya. Bukti kondisi deformasi geologis tampak dengan adanya aliran Kali Brangkal, Cemoro, dan Pohjajar (anak-anak cabang Bengawan Solo) yang mengikis situs ini mulai di bagian utara, tengah, hingga selatan. Kikisan aliran sungai tersebut menyingkap lapisan-lapisan tanah secara alamiah, kemudian jejak fosil pun tampak, baik manusia purba maupun hewan vertebrata (Widianto & Simanjuntak: 1995).
Secara stratigrafis, situs Sangiran merupakan situs manusia purba terlengkap di Asia. Kita dapat menyaksikan perkembangan kehidupan manusia purba secara berurutan tanpa terputus sejak 2 juta tahun yang lalu. Mulai dari zaman Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah.
Masyarakat modern mulai mengenal Sangiran saat antropolog dari Jerman, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, memulai penelitian di area tersebut pada 1934. Saat itu, Von Koeningswald menemukan paling tidak lima fosil manusia purba yang berbeda jenisnya. Fosil-fosil ini menggarisbawahi keyakinan bahwa manusia berevolusi dari kera menjadi manusia modern seperti bentuk saat ini.
Sejak saat itu, para peneliti, baik dari Indonesia maupun asing, terus bekerja di Sangiran. Koenigswald bukanlah orang pertama yang mencoba menguak misteri manusia purba di tanah Jawa. Pada 1891, Eugene Dubois, antropolog Prancis, menemukan fosil Pithecanthropus Erectus, manusia purba tertua dari Jawa. Kemudian pada 1930 dan 1931, di Desa Ngandong, Trinil-Mojokerto, ditemukan juga fosil-fosil manusia purba yang berasal dari zaman Pleistosen. Penemuan-penemuan ini mengungkap sejarah manusia yang hidup berabad-abad lalu.

*1Spirit Cerita Panji Metropolitan1*

Wayang beber nyaris tinggal kenangan. Beruntung masih ada sejumlah anak muda yang peduli dan mencoba melestarikannya. Mereka tergabung dalam satu wadah bernama Komunitas Wayang Beber Metropolitan.
Mungkin sebagian dari Anda bertanya-tanya apa itu wayang beber? Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa Kerajaan Majapahit. Dinamakan beber, karena cerita yang disampaikan dilakukan dengan cara dibeber, bentuknya lembaran-lembaran berupa gulungan lukisan wayang. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita dengan cara dibeberkan.
Beberapa waktu lalu, tepatnya 21-29 Maret 2012, di Bentara Budaya Jakarta, Komunitas Wayang Beber Metropolitan menggelar pameran wayang beber bertajuk Dolanan Wayang Beber. Mereka mencoba memunculkan fenomena metropolitan dalam bentuk wayang beber.
Karya-karya yang ditampilkan berupa pertunjukan wayang beber dengan tetap mempertahankan fungsi wayang beber. Tema-tema dan bentuk visualnya pun sesuai dengan perkembangan masa kini. Adapun pamerannya lebih menampilkan wayang beber bentuk lawasan hingga kontemporer, dengan mengangkat isuisu atau fenomena sosial yang tengah berkecamuk di masyarakat. Saat penutupan acara, mereka mementaskan wayang beber kontemporer berjudul “Kabut Hitam di Desa Temu Kerep”.
Menurut Adi Prasetya (39), ketua sekaligus salah seorang pelopor pendiri Komunitas Wayang Beber Metropolitan, seperti terjadi satu pengulangan—ibaratnya spirit ribuan tahun yang lalu terulang kembali di Jakarta. Wayang beber ini biasanya diminta pentas hanya saatsaat tertentu. “Ini bisa dihitung dengan jari dan baru kemarin Jakarta mementaskan wayang beber sepanjang Jakarta ini lahir,” ujar pria yang lebih akrab disapa Mas Sam tersebut. Sebetulnya, kata Adi, wayang beber bisa dirunut benang merahnya dalam mempersatukan Nusantara, meski dengan tafsir lokal atas Cerita Panji yang berbeda.
Dinda Intan Pramesti Putri (25), Manajer Wayang Beber Metropolitan, menambahkan, Cerita Panji diambil dari banyak cerita, ada yang menyebutkan zaman Kerajaan Jenggala, ada juga zaman Brawijaya saat memerintah di Majapahit. Akan tetapi, intinya itu dari Raja Jawa. Jadi zaman Darmawangsa atau Si Panji ini yang akhirnya ceritanya menyebar ke seluruh Nusantara dalam ceritacerita lain dengan tafsir setiap daerah.
“Sekarang sulit untuk mendapatkan selembar wayang beber. Memang masih ada di beberapa kalangan masyarakat, seperti daerah Pacitan, Jawa Timur dan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul (DI Yogyakarta,” ujar Intan.

*1Perkampungan Budaya Betawi – Oase di Belantara Jakarta1*

Bila berkunjung ke Jakarta, Anda seyogianya menyambangi Perkampungan Budaya Betawi. Di kawasan ini Anda masih bisa menikmati sisa-sisa peradaban suku Betawi. Rumah adat, makanan khas, dan berbagai bentuk warisan budaya lain masih terpelihara dengan baik di sini.
Perkampungan ini berbeda dengan Kampung Naga di Tasikmalaya, Baduy di Banten, dan Kampung China di Cibubur. Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, ini adalah hasil reka cipta sekelompok manusia untuk menjaga dan melestarikan budaya Betawi yang sudah lama ”mati suri”. Perkampungan Budaya Betawi lahir lewat Surat Keputusan Gubernur Nomor 92 Tahun 2000. Keputusan itu diperkuat oleh Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005. Keduanya merupakan dasar hukum bagi upaya penataan Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah itu.
Indra Sutisna, salah satu pengelola Lembaga Perkampungan Budaya Betawi, mengatakan bahwa tujuan dari komunitas ini adalah melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi secara berkesinambungan.
Hal ini dilakukan tanpa menempatkan orang Betawi sebagai pesakitan, seperti dialami orang-orang Aborigin di Australia.
Dengan cara itu, budaya Betawi bakal lestari dan eksis seterusnya. Sedangkan misinya adalah mengangkat ekonomi masyarakat sekitar dan masyarakat Betawi pada umumnya.
Selain sebagai permukiman, perkampungan itu sendiri menjalankan beberapa fungsi lain, di antaranya sebagai pusat informasi budaya Betawi, tempat ibadah, ajang aktivitas seni budaya, penelitian, dan pariwisata. Fungsi ini mesti berjalan dengan karakter budaya Betawi yang kuat.
Kehidupan perkampungan itu mengalami pergeseran pada dekade 1980-an. Saat itu, fasilitas jalan beraspal dibangun. Kendaraan bermotor dengan mudah masuk, sendi-sendi hidup bergeser, urbanisasi tak terbendung. Gotong ragih (gotong royong), yang biasanya berlaku saat ada orang membangun rumah, mulai sulit diterapkan. Para pegiat kampung itu kini sedang berupaya agar konsep hidup ini bisa hidup kembali, setidaknya di bidang seni dan budaya.

*1Tradisi Megalitik Dataran Tinggi Pasemah – Bukti Pelahir Kerajaan Sriwijaya?1*

Suatu siang di pertengahan oktober 2010, Manto (34), warga Dusun Talang Darat, Kelurahan Burung Dinang, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, pergi memancing ke Sungai Luang Akin.
Saat tengah asyik memegangi kail, pandangan matanya tertumpu pada sebuah air terjun kecil yang jaraknya hanya lima meter darinya. Dia terkejut dan termangu.  Dia seperti melihat sesosok manusia yang menempel di batuan air terjun itu. Diusap matanya. Wajah itu tidak hilang.
Patung-patung yang usianya berkisar 2.000 tahun itu, menurut Erwan, menunjukkan karakter dinamis bukan statis seperti yang banyak ditemukan pada patungpatung purba lainnya di Asia Tenggara.
Manto pun mendekati air terjun. Ya, ternyata itu adalah sebuah patung. Dia pun naik ke atas guna memastikan patung berwujud manusia itu. Manto langsung pulang ke dusunnya. Dia memberi tahu keluarganya, kemudian bergegas bersama warga dusun lainnya menemui Lurah Burung Dinang Franses Jhoniko Se.
Tak lama kemudian masyarakat ramai melihat patung tersebut. Setelah diamati lebih jauh, ternyata bukan hanya satu patung. Ada patung lain di batuan air terjun itu. Jadi sepasang patung manusia. Hanya patung satunya sulit dilihat lantaran dialiri air terjun. Mereka seperti dua penjaga yang tengah menjaga gerbang candi.  Tinggi kedua patung berkisar 3 meter dengan tangan kanan diangkat ke atas dan tangan kiri sedang berkacak pinggang dengan perut yang tampak besar. Adapun wajahnya dengan ciri mata belok atau besar dan daun telinga yang besar dengan rambut bergelombang.  Penemuan ini cukup menggemparkan masyarakat Dusun Talang Darat sebab ini kali pertama mereka mendapatkan atau menemukan artefak peninggalan dari tradisi megalitik Dataran Tinggi Pasemah, yang pernah berkembang sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi.

*1Merekam Jejak Nias1*


Warisan Indonesia/Hardy Mendrofa
Tak sia-sia Johannes meninggalkan Jerman. Jerih payah sang pastor terlunasi dengan berdirinya museum ini.
Museum Pusaka Nias (Museum of Nias Heritage) yang terletak di Jl Yos Sudarso No. 134 A, Gunungsitoli, ibarat ‘gudang ilmu dan sejarah’. Pasalnya di tempat ini, kita bisa memahami Nias dengan segala unsurnya.  Berbagai koleksi benda penting terpelihara dengan baik. Mulai dari artefak alat-alat rumah tangga, patung-patung megalit dari kayu dan batu, perhiasan, senjata tradisional, mata uang, pakaian perang, simbol-simbol kebangsawanan sampai rumah adat asli Nias yang disebut Omo Hada.
Ironisnya, meski menyandang nama Museum Pusaka Nias, namun pendiri museum ini bukanlah asli orang Nias ataupun dilakukan pemerintah daerah setempat. Pendiri museum yang kelengkapan koleksinya sudah diakui dunia internasional ini, justru dilakukan seorang pastor berkebangsaaan Jerman, bernama Johannes Maria Hammerle OFMCap. “Saya mendirikan museum ini pada awal 1991,” ucap pastor kelahiran 9 Juli 1941 di Hausach, Black Forest, Jerman Barat ini.
Diakui, membangun museum bukanlah sesuatu yang direncanakannya. Terlebih, sebelum menginjakkan kaki di Tana Niha (Tanah Nias), dia tidak pernah mengetahui Kepulauan Nias itu seperti apa. Sekadar membalik kisah, Johannes tiba di Nias pada 1971 sebagai misionaris. Dia diutus gerejanya di Jerman untuk menggali ilmu di tanah seberang.  “Sebenarnya, kalau boleh memilih, saya pilih Sumatera. Tapi, ini sudah panggilan buat saya,’’ ujarnya.

*1Markas Mumi Penjaga Tradisi1*

Sudah sejak 1.700 tahun lalu masyarakat Toraja memiliki cara unik memakamkan jenazah, yakni dengan meletakkan begitu saja di tebing atau gua marmer. Lewat doa kepada Deata dalam kepercayaan Aluk Todolo, jenazah itu tidak berbau meski tanpa pembalseman.
Meskipun dinaungi rimbun pepohonan dan hawa dingin pegunungan, tidak membuat kompleks makam tua di Toraja ini angker, apalagi mistis. Padahal, tulang-belulang manusia berserak di sanasini. Kete Kesu’ begitulah orang Toraja menyebut situs pekuburan di Kecamatan Kesu’, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, ini.
Menurut sejarah kuno Toraja, situs ini sudah dijadikan pekuburan sejak ribuan tahun lalu. Diprediksi demikian karena begitu sampai di tengah situs, kita akan menemui tulang-belulang berserakan di tangga menuju gua. Menurut Arkeolog Toraja Marla Tandirerung, fosil itu merupakan tulang bangsawan hingga budak yang hidup di sejumlah tongkonan di Wilayah Adat Kesu’.
Dahulu, Suku Toraja tidak mengubur jenazah orang yang meninggal, tetapi ditaruh saja di sekitar gua. Alasannya, selain peradaban manusia belum berkembang, mereka senantiasa bisa tetap menjaga peninggalan leluhur yang turut dibawa ke kuburan. Di Kete Kesu’, tidak hanya bangsawan yang menjadikan situs itu sebagai kuburan, tetapi orang biasa yang bekerja pada bangsawan itu juga dimakamkan.
Ketua Adat Wilayah Kesu’ Layuk Sarongallo juga bercerita demikian. Seraya mendongengkan kehidupan leluhur Toraja, Kete Kesu’ merupakan areal pemakaman gunung batu yang terbentuk alami. Masyarakat primitif tidak lagi memerlukan peralatan untuk menyimpan jenazah dan memanfaatkan gua-gua alam sebagai tempat peristirahatan terakhir keluarga mereka.
Hal tersebut diperkirakan terjadi sejak 1.700 tahun yang lalu. Mayat ditempatkan di gua-gua hanya ditutupi kulit kayu yang sudah diketam untuk sekujur badan. Namun, anehnya, tidak sedikit pun bau bangkai menyengat hidung. Layuk menjelaskan, ajaran Aluk Todolo yang dianut Suku Toraja memang berdoa kepada Deata agar bau-bau tersebut dihilangkan dari tanah mereka tinggal. Alasan lain yang bisa terlihat dari hilangnya bau busuk di pekuburan ini, yaitu gunung yang terbentuk dari marmer tersebut mengalirkan hawa dingin sehingga mayat seperti dimasukkan ke dalam pendingin. Karena itu, sekarang Toraja dikenal memiliki banyak mumi. Dalam areal Kete Kesu’, ada tiga tipe kuburan atau liang dalam bahasa Toraja, antara lain ditempatkan di gua dan tebing, lalu diukirlah kayu menjadi erong, dan yang paling baru adalah patane (kuburan modern).

*1Down to the River1*


Yudasmoro
Sebuah iklan televisi swasta pernah menarik perhatian saya. Adegan seorang ibu dengan acungan jempolnya yang khas. Dengan biduk kecil, ia menjajakan dagangannya menerabas beberapa perahu yang memuat sayur-mayur dan buah-buahan.  Itulah Pasar Apung Muara Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Adalah Pak Johan, pria ramah berusia sekitar 40 tahunan yang senang ngobrol dan ramah ini, yang banyak bercerita tentang pasar apung. Beliau adalah pemilik Borneo Homestay yang menjadi tempat saya menginap selama saya berkunjung ke Banjarmasin. Deretan simbol bendera negara-negara di dunia dan semboyan “home for backpackers” di bagian depan mempertegas bahwa penginapan ini menjadi langganan para wisatawan berkantong “tipis” (budget traveller) dari seluruh dunia.  Tempatnya memang sangat sederhana, tetapi para tamu yang menginap di sini sebagian besar adalah backpacker bule.
“Nama saya ada di Lonely Planet kok bersama homestay ini,” kata Pak Johan. Sebetulnya ada 2 pasar apung di Banjarmasin, yaitu Lok Baintan dan Muara Kuin.  Berdasarkan keterangan Pak Johan, pasar apung tradisional yang masih asli adalah Lok Baintan. Hal itu karena Pasar Apung Muara Kuin sengaja dibuat oleh pemerintah untuk keperluan pariwisata. Bertambahnya infrastruktur darat membuat kegiatan pasar apung kini bahkan mulai terancam oleh pasar darat. Apalagi, semakin banyaknya jembatan yang dibangun kini mulai mengancam potensi wisata sungai. “Kota seribu sungai ini bisa berubah jadi kota seribu jembatan,” keluh Pak Johan.

*1Museum Taman Prasasti – Sejuta Kisah Hunian Terakhir1*

Museum Taman Prasasti membuat kita berdecak kagum. Ada keindahan batu nisan yang bertutur tentang hunian terakhir sebuah peradaban masa lampau. Ada ratusan cerita tersembunyi di balik bongkahan-bongkahan bangunan kuno yang memaksa kita selalu mengingat sejarah.
Pada abad ke-18, pemerintah kolonial Hindia Belanda mendirikan banyak bangunan dengan gaya arsitektur yang menggambarkan keindahan serta kekokohan sistem pertahanan. Kawasan itu lantas dijuluki “Ratu dari Timur” atau dalam bahasa Belandanya ‘Koningin van het Oosten’. Setiap gedung didirikan untuk memenuhi kebutuhan para kaum penjajah yang memiliki gaya hidup berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Pemakaman merupakan salah satu kebutuhan penting yang harus disediakan. Dalam tradisi Eropa, jasad orang meninggal biasanya dimakamkan dalam tanah, tidak diperabukan seperti Golongan Tionghoa yang juga tinggal di kawasan itu. Kemungkinan karena pertimbangan keamanan, kuburan orangorang Belanda (Graf der Hollanders) juga dibangun di dekat kawasan pertahanan bukan di tempat lain yang berjauhan.
Mula-mula ada tempat pemakaman khusus, de Oude Nieuwe Hollandsche Kerk, di areal gereja tua yang kini jadi Museum Wayang. Namun, pada akhir abad ke-18 kuburan ini penuh sehingga pemakaman harus dipindahkan ke luar kota pertahanan Batavia. Tempat ini disebut Kerkhof Laan atau Kebon Jahe Kober.  Mereka yang meninggal harus diangkut dengan sampan menuju tempat ini.
Prosesinya kira-kira sebagai berikut. Bila ada warga Belanda yang meninggal, jenazahnya dibawa ke rumah sakit yang kini telah berubah menjadi Museum Bank Indonesia di kawasan Beos, Jakarta Kota. Pihak rumah sakit menyediakan perahu untuk jenazah yang didayung sepanjang Kali Krukut. Perahu-perahu sewaan juga ikut mengiring di belakang, biasanya mengangkut para pelayat yang terdiri dari keluarga dan kerabat lainnya.
Iring-iringan perahu jenazah tersebut berhenti di Jalan Abdul Muis persis di belakang Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika. sekarang ini. Peti jenazah kemudian diangkat dari atas sampan dan dipindahkan ke sebuah kereta yang ditarik kuda.  Jumlah kuda yang menarik kereta itu ditentukan oleh tingkat kemakmurannya. Semakin makmur orang yang meninggal, semakin banyak pula jumlah kuda penariknya. Pada saat pemindahan dilakukan, lonceng di pemakaman berbunyi sekali. Ini adalah perintah kepada pengurus pemakaman untuk bersiap-siap.  Selanjutnya, lonceng itu terus berbunyi sampai iringan jenazah tiba di gerbang pemakaman yang mengambil corak arsitek Doria itu.
Luas Jalan Kubur, atau Kerkhof Laan, mencapai 5,9 hektar. Semenjak dibuka pada 1795, orang-orang yang punya kedudukan tinggi dan terkenal semasa hidupnya dimakamkan oleh keluarga dan kerabatnya di sini. Mereka umumnya beragama Nasrani, baik Katolik maupun Protestan. Pemerintah daerah Jakarta menutupnya pada 1975. Sebagian lahannya diambil untuk gedung-gedung pemerintah. Kerangka jenazah yang telah lama dikubur dipindahkan ke tempat lain. Sebagian ke kompleks pekuburan Menteng Pulo, sejumlah besar lainnya dibawa pulang ke negeri asal mereka. Gubernur Jakarta Ali Sadikin lalu memerintahkan aparatnya untuk mengubah sisa area Kebon Jahe Kober menjadi Museum Taman Prasasti dan meresmikan pada 9 Juli 1977.

*Museum Ullen Sentalu – Upaya Penyelamatan Warisan Keraton*1


Para bangsawan keraton Mataram bergotong royong mendirikan museum ini agar masyarakat mengenal tradisi serta kejayaan Kerajaan Yogyakarta dan Solo. Saat Merapi meletus atapnya tertimbun debu setebal 25 sentimeter.
“Saya ingin melihat meja rias kuno milik putri keraton yang katanya ada di sini. Kata temanteman yang pernah melihat sih, cantik. Sudah lama sebenarnya saya kepengin ke sini,” ujar Nurma Wulandari (38) asal Surabaya.
Demikian jawaban salah seorang pengunjung ketika Warisan Indonesia menanyakan apa yang membuat dirinya tertarik mengunjungi Museum Ullen Sentalu. Jauh-jauh dari Surabaya hanya ingin melihat meja rias? Jawaban itu seakan terkesan berlebihan. Namun, jika melihat fenomena umum tentang apresiasi masyarakat terhadap museum, kita tak heran lagi.
Dibanding puluhan museum lain di kawasan Yogyakarta, nasib Ullen Sentalu sedikit lebih beruntung. Tiap hari selalu ada pengunjung yang datang. Mungkin karena letaknya di lokasi wisata favorit, Kaliurang, Yogyakarta. “Sesepi-sepinya pengunjung, tiap hari lima sampai sepuluh orang masih ada,” kata Ria Januar, salah seorang staf museum.
Museum Seni dan Budaya Ullen Sentalu didirikan oleh keluarga Haryono asal Solo. Pendirian museum ini juga didukung oleh Sri Paduka Paku Alam VIII, Sunan Paku Buwono XII, Gusti Kanjeng Ratu Alit, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Poeger, dan Gusti Raden Ayu (GRAy) Nurul Kusumawardhani. Mereka juga sekaligus ikut memberikan material untuk koleksi museum, seperti kain batik, asesoris, foto, dan naskah. Museum ini diresmikan pada 1 Maret 1997 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Paku Alam VIII yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DIY.

"*1Museum Taman Prasasti, Serpihan Kisah Nisan-nisan Tua*1"


Ada kisah yang tersembunyi pada nisan-nisan tua bekas kuburan kaum elite masa kolonial. Sayang, salah satu kompleks permakaman paling tua di dunia itu tak terurus. Di situ bersemayam jenazah para gubernur jenderal, panglima perang, hingga aktivis yang mati muda, Soe Hok Gie. Di taman ini terlukis peristiwa sepanjang massa dari goresan prasasti mereka yang pergi.
Di sini pula tertanam kehijauan yang kita dambakan. Pesan itu tertulis di batu penanda peresmian Museum Taman Prasasti, Jalan Tanah Abang 1, Gambir, Jakarta Pusat. Tertanggal 9 Juli 1977 oleh Pejabat Gubernur KDKI Jakarta Letjen TNI (Marinir) Ali Sadikin. Warga sekitar lebih suka menyebutnya Taman Prasasti Kebun Jahe. Pada masa penjajahan Belanda, bangunan itu adalah sebuah permakaman mewah buat orangorang terpandang saat itu. Namun, Pemerintah DKI Jakarta mengubahnya menjadi museum. Dari kejauhan, museum itu sangat kentara.
Gaya arsitekturnya kontras dengan bangunanbangunan lain di sekitarnya. Delapan belas pilar kokoh yang menjulang tinggi di gerbang amat menyita perhatian. Saat membangun museum ini pada tahun 1844, para perancangnya sengaja mengadopsi arsitektur klasik gaya Doria. Hal yang kerap ditemui di kantor-kantor pengadilan.
Dua meriam perunggu di kanan-kiri museum seolah-olah menyambut para pengunjung. Di pagar sekeliling tembok depan terpajang sekitar 35 nisan dari batu gunung biru atau batu pantai yang keras dari India Selatan. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin bagus kualitas batu yang digunakan.
Berbeda dengan museum pada umumnya, Museum Taman Prasasti ini tidak memajang koleksinya di ruang pamer yang berhias sorotan lampu dan ruangan dengan pengatur suhu. Bangunan itu sejatinya memang dirancang sebagai museum terbuka.
Nisan-nisan kuburan orang yang meninggal pada zaman kolonial Belanda pun dibiarkan apa adanya. Namun, ada juga yang sudah diinventaris dan dikelompokkan. Kesan angker dan seram pun sirna dengan suasana rindangnya pepohonan, kicauan burung, bentuk nisan dan patung yang beraneka corak unsur dan bahasa.